Share

Panglima TNI Siap Kehilangan Jabatan

Bramantyo , Okezone · Jum'at 19 September 2014 11:55 WIB
https: img.okezone.com content 2014 09 19 339 1041458 oZYCSTNkAu.jpg Panglima TNI Siap Kehilangan Jabatan (Foto: Antara)
A A A

SOLO - Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengaku siap menghadapi apapun resikonya termasuk jabatan yang diembannya terkait keputusannya mengangkat bos Bank Mayapada Dato' Sri Prof. Dr. Tahir MBA sebagai penasihat.

Menurut Moeldoko pengangkatan bos Bank Mayapada sebagai penasihat Panglima TNI tersebut bukan untuk kepentingan pribadinya. Namun pengangkatan Dato' Sri Prof. Dr. Tahir MBA sebagai penasihat itu untuk kepentingan kesejahteraan seluruh prajurit TNI.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Karena selaku Panglima TNI, dirinya mempunyai dua tugas pokok utama yang harus dijalaninya. Pertama, menyiapkan prajurit-prajurit TNI agar siap tempur dan yang kedua memelihara serta menyejahterakan seluruh prajurit TNI.

"Nah, dalam kontek menjaga dan memlihara kesejahteraan, Panglima TNI dihadapkan dengan berbagai keterbatasan. untuk itu Panglima TNI perlu sebuah mitra untuk ikut bersama-sama memikirkan kesejahteraan prajurit. Karena memang anggaran yang disiapkan oleh negara untuk meningkatkan kesejahteraan cukup terbatas. Untuk itu saya mengangkat seseorang, saya lakukan secara terbuka agar tahu semuannya secara terbuka, transparan dan terbuka. Kalau kita dapat bantuan, bantuan itu bukan ke Panglima TNI, tidak. Apa saya Pegang duit?.Nanti ada yang menangani,"jelas Panglima TNI Jenderal Moeldoko usai memberikan kuliah terbuka di Kampus UNS Solo,Jawa Tengah, Jumat (19/9/2014).

Moeldoko menambahkan seharusnya bila mau dipermasalahkan bila pengangkatan penasihat tersebut untuk kepentingan pribadi Moeldoko. Bila itu yang dirinya lakukan, maka pengangkatan itu,ungkap Moeldoko sangat tidak etis.

"Menurut saya akan tidak boleh dan tidak etis apabila itu penasehat yang diangkat itu untuk kepentingan pribadi Jenderal Moeldoko. Lah, ini penasihat Panglima TNI boleh lah. Terus sangat tidak boleh lagi penasihat Jenderal Moeldoko dalam rangka membeli rumah di Bogor indah. Salah lagi itu. Ini penasihat Panglima TNI untuk memikirkan bagaimana rumah-rumah prajurit yang perlu kita benahi, kita benahi," tegasnya.

Menurut Moeldoko pengangkatan penasehat dari kalangan konglomerat ini pernah juga dilakukan saat dirinya menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat melanjutkan program yang telah dilakukan Pramono Edi.

Selain mengumpulkan sejumlah pengusaha, saat itu uang yang terkumpul sebesar Rp 125 miliar. Uang yang berhasil dikumpulkan tersebut diumumkan secara terbuka kepada publik dan diberikan secara terbuka kepada seluruh Panglima di daerah-daerah untuk memperbaiki kesejahteraan prajurit TNI yang juga dilakukan secara terbuka dan transparan tanpa ada satupun yang ditutup-tutupi.

"Seperti saat saya masih menjabat sebagai KSAD melanjutkan Jendral Pramono Edi juga sama. Kita mau mengumpulkan sejumlah pengusaha waktu itu, kita umumkan rencana itu. Dan Kita dapat Rp 125 miliar langsung kita berikat kepada seluruh panglima. Satu tetespun tida ada yang menempel di angkatan darat. Transparan yang jadi bendaharannya dari pihak mereka para pengusaha itu kita lakukan. Dan kita tidak takut di politisasi karena memang itu diperlukan prajurit,"ungkapnya.

Menurut Moeldoko akan sangat tidak bermanfaat bila dirinya selama masih menjabat sebagai Panglima TNI tidak berbuat banyak untuk kesejahteraan para prajuritnya. Meskipun dirinya melihat langsung ada ketidakadilan yang diterima para parjuritnya.

Berbagai ketimpangan yang dihadapi prajurit saya, saya bisa melihatnya langsung. Saya berani mengambil sikap dan mengambil tanggungjawab pribadi selaku Panglima TNI untuk melakukan itu demi prajurit saya sejahtera.Mau ada komentar dari pihak lain tidak apa-apa itu bagian dari resiko jabatan saya,"pungkasnya

(crl)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini