Share

80% Bayi Prematur Kena Penyakit Kuning, Kenapa?

Erika Kurnia, Jurnalis · Minggu 21 September 2014 11:06 WIB
$detail['images_title']
80% bayi prematur kena penyakit kuning (Foto: Google)

HIPERBILIRUBINEMIA atau biasa dikenal masyarakat sebagai penyakit kuning, sering terjadi pada bayi cukup bulan. Kasusnya sekira 50-70 persen pada bayi normal, namun pada bayi prematur bisa mencapai 80-90 persen.  

Penyakit kuning disebut hiperbilirubinemia karena terjadinya peningkatan kadar serum bilirubin. Bilirubin adalah senyawa hasil pemecahan sel darah merah yang semasa kandungan dikeluarkan lewat plasenta ibu ke bayi. Setelah dilahirkan, bayi harus bisa mengeluarkan kelebihan tersebut.

 

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Jika kadar total bilirubin total lebih dari atau sama dengan 5 mg/dL ini dapat ditandai dengan perubahan warna kulit dan konjungtiva (selaput mata) yang kekuningan. Untuk hiperbilirubinemia pada bayi normal biasanya dapat muncul saat bayi berusia tiga hari setelah kelahiran.

 

“Pada bayi prematur, ini akan terjadi lebih dini dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk menghilang, kadang dapat mencapai dua pekan,” tutur dr. S. Djokomuljanto melalui pesan elektronik yang diterima Okezone, Minggu (21/9/2014).

 

Hiperbilirubinemia  atau penyakit kuning dapat disebabkan dua faktor, yaitu fisiologis dan patologis. Untuk faktor fisiologis, biasanya tidak memerlukan terapi khusus. Sementara untuk penyakit kuning yang disebabkan oleh patologis yang biasanya dialami oleh bayi prematur dapat terjadi sebelum bayi berusia 24 jam.

 

“Pada bayi yang mengalami hiperbilirubinemia patologis akan terjadi peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg/dL per 24 jam. Bayi akan menunjukkan tanda-tanda sakit, seperti muntah, letargi, tidak aktif, penurunan berat badan, kejang , berhenti napas, tidak stabilnya suhu tubuh, dan kuning yang menetap lebih dari dua pekan. Untuk itu, bayi biasanya memerlukan terapi sinar,” jelasnya.

(tty)