JAKARTA – Usulan kader PDI Perjuangan (PDIP) yang juga Presiden RI terpilih Joko Widodo (Jokowi) yang meminta Megawati Soekarnoputri kembali menjadi Ketua Umum PDIP pada periode 2015-2020. dinilai hanya bentuk akal-akalan Jokowi.
Analis Politik Universitas Indonesia (UI), Agung Suprio mengatakan, usulan tersebut hanya acting belaka lantaran pamor Gubernur DKI itu tidak ada apa-apanya dibanding anak sang prokamator itu di internal partai kepala banteng moncong putih.
Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
.
“Bagi saya ini hanya drama saja karena pada kenyataannya Megawati memang orang yang paling kuat di PDIP. Sekalipun Jokowi adalah presiden, dia tidak berarti apa-apa dibanding Megawati di PDIP. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bagi Jokowi untuk mendukung Megawati,” kata Agung kepada Okezone, di Jakarta, Senin (22/9/2014).
Menurutnya, di kalangan PDIP, Mega lah yang mempunyai kekuatan (power) serta kharisma di mata kader partai. (Klik: Jokowi Minta Megawati Pimpin PDIP 2015-2020)
“Di PDIP kunci perubahan terletak pada figur kunci Megawati. Megawati dapat mengambil opsi menjadi Ketua Dewan Pembina, lalu jabatan Ketua Umum diberikan kepada sosok yang lebih muda. Dengan demikian, terjadi regenerasi tanpa menghilangkan kharisma Megawati di PDIP,” bebernya.
Namun, sambung Agung, bila kader yang ditunjuk oleh Mega belum matang atau menyebabkan faksionalisasi di tubuh PDIP, maka Jokowi kemudian yang bakal punya pengaruh kuat.
“Tetapi pilihan untuk tetap menjadi ketum dilandasi alasan semisal pewarisnya belum dianggap kuat atau banyak faksionalisasi di PDIP. Paska Megawati, Jokowi akan punya pengaruh kuat dalam faksionalisasi di PDIP. Oleh karena itulah, menjadi ketum adalah pilihan yang paling realistis buat Megawati,” tutupnya.
(put)