Share

Jadi TKW, Niki Tak Lupakan Kuliah

Rifa Nadia Nurfuadah , Okezone · Senin 22 September 2014 10:04 WIB
https: img.okezone.com content 2014 09 22 373 1042424 T0bT4fmONg.jpg Meski bekerja sebagai Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) di Singapura, Niki tetap semangat mengejar pendidikan tinggi. (Foto: dok. Kemendikbud)
A A A

JAKARTA - Niat Nikmatul Zahroh Hidayati memperbaiki kehidupan keluarga tidak menyurutkan semangatnya dalam menuntut ilmu. Meski bekerja sebagai Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) sejak 2005 di Singapura, dia tetap semangat mengejar pendidikan tinggi.

Niki, demikian dia biasa disapa, mengaku, sangat haus akan pendidikan. Akhirnya, dia pun mendaftar sebagai mahasiswa di Universitas Terbuka kelompok belajar (Pokjar) Singapura pada Juli 2009. Dia juga bergabung dengan dan bergabung pula dalam wadah Mahasiswa UT di Negeri Singa tersebut.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

"Saya ingin menjadi manusia yang memiliki nilai plus untuk membanggakan orangtua, dan untuk masa depan saya tentunya," kata Niki, seperti dinukil dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Senin (22/9/2014).

Niki memilih jurusan Sastra Inggris di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UT. Peminatannya, Penerjemahan.

Menurut Niki, menjadi mahasiswa UT tidak sulit. Modal utamanya, kata Niki, adalah niat untuk maju dan belajar secara mandiri.

"Hal terpenting adalah memiliki disiplin diri, inisiatif, dan motivasi belajar kuat," imbuhnya.

Meski menganut sistem perkuliahan online, beberapa mata kuliah mensyaratkan pertemuan tatap muka. Di jurusan Niki, pertemuan tatap muka hanya dilakukan pada mata kuliah Pengantar Statistik.

"Tatap muka itu sangat membantu," tuturnya.

Bagi Niki, kampusnya juga bisa dijadikan sarana berorganisasi. Misalnya, dengan mengikuti program/kegiatan belajar bersama yang dihelat perhimpunan mahasiswa UT. Kegiatan ini menjadi  wadah mahasiswa bertukar pendapat dan pikiran tentang mata kuliah yang dianggap perlu penyelesaian.

Seperti kebanyakan mahasiswa yang menuntut studi sambil bekerja, Niki pun merasakan tantangan cukup besar. Pekerjaan sehari-hari cukup melelahkan. Belum lagi, pekerjaan Niki mengharuskannya tinggal di rumah bos  sehingga dia cukup kesulitan membagi waktu bekerja dan belajar. Padahal, sistem belajar mandiri menuntut dia bisa membagi dan menggunakan waktu sebaik-baiknya.

"Waktu belajar satu hingga dua jam per hari harus bisa saya gunakan untuk membaca modul, mengerjakan soal tutorial online dan memahami subjek yang membutuhkan perhatian lebih," paparnya.

Kerja keras Niki terbayar. Dia bercerita, semua ujian akhir semester (UAS) dapat dijalaninya dengan lancar. Dia pun mampu mengantongi nilai bagus setiap semesternya. Bahkan, Niki lulus dengan nilai IPK 3,50.

Setelah wisuda di kampus UT, Pondok Cabe, Jakarta, Niki bercita-cita membuka lapangan kerja sendiri. Dia ingin membuka lembaga pendidikan dan kursus Bahasa Inggris dengan sistem pembelajaran seperti di luar negeri.

"Semoga dengan begitu bisa ikut meningkatkan kualitas anak-anak Indonesia. Dan Insya Allah ini merupakan salah satu cara untuk menerapkan dan mengamalkan ilmu yang saya peroleh selama ini di negeri Singa untuk bangsa dan lingkungan saya," tutur gadis asli Ponorogo, Jawa Timur,  ini.

(rfa)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini