Share

15 Kampus Bahas Ketahanan Pangan

Rachmad Faisal Harahap , Okezone · Senin 22 September 2014 12:03 WIB
https: img.okezone.com content 2014 09 22 373 1042475 HOLAR1rNeB.JPG 15 Kampus Bahas Ketahanan Pangan (Foto: dok. Unsyiah)
A A A

JAKARTA - Saat ini, bidang pertanian sering kali dipandang sebelah mata oleh kaum muda. Padahal, pertanian memiliki peranan penting dalam ketahanan pangan suatu bangsa, tidak terkecuali Indonesia.

Demikian hal tersebut disampaikan oleh Dekan Fakultas Pertanian (FP) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Dr Ir Agussabti dalam acara seminar nasional yang bertajuk “Pengelolaan Lahan Berkelanjutan untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional”. Pada rangkaian kegiatan perayaan ulang tahun FP Unsyiah yang ke-50 sebagai tahun emas, diharapkan dapat menghasilkan produk-produk yang dapat mendukung kemajuan pertanian Aceh dan Indonesia.

Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Sebanyak 15 kampus seluruh Indonesia, membahas kondisi ketahanan pangan nasional. Agussabti mengatakan, persoalan di luar hasil tani yang paling penting adalah lahan. Jadi, diskusi tentang lahan berkelanjutan sangat berguna bagi ketahanan pangan. Hampir semua aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan lingkungan berkaitan erat dengan persoalan lahan.

“Maka, hasil seminar ini harus mampu melahirkan buah pikiran yang inovatif untuk mengatasi permasahalan yang ada. Sehingga, nantinya hasil seminar bisa dilanjutkan sebagai bahan advokasi kepada Pemerintah Aceh dan pusat," ujar Agussabti, seperti dilansir laman Unsyiah, Senin (22/9/2014).

Selain itu, Rektor Unsyiah Prof Dr Ir Samsul Rizal mengungkapkan, zaman ini ada dua hal yang mampu memicu konflik di seluruh dunia, yaitu konflik energi dan ketahanan pangan. Padahal, kedua aspek tersebut banyak dimiliki Indonesia, namun Indonesia masih mengimpor bahan bakar senilai Rp280 triliun untuk subsidi energi dan masih memerlukan subsidi pangan.

“Saya ingin di masa akan datang, ada sanksi keras terhadap kebijakan yang menyalahi rencana tata ruang. Kebijakan-kebijakan yang merusak lahan perlu ditindak," ucapnya.

Samsul melanjutkan, bukan hanya koruptor uang dan materi saja yang perlu dipenjara, tapi korupsi-korupsi terhadap kebijakan yang merusak lingkungan juga harus dibui. Apalagi Aceh kaya akan emas. Sayangnya, banyak emas berada di tengah-tengah.

"Apakah kita harus merusak hutan tersebut untuk memperkaya diri? Seminar ini sangat potensial untuk membahas persoalan-persoalan itu,” tegasnya.

Ia juga mengutarakan, tema ketahanan pangan semakin menarik ketika melihat data yang ada bahwa Indonesia menduduki posisi ketiga terendah dari negara-negara ASEAN lainnya.

Selain Unsyiah, kampus-kampus yang ikut membahas tentang ketahanan pangan yakni Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Universitas Malikussaleh, Universitas Amir Hamzah, Universitas Andalas (Unand), Universitas Jambi, dan Universitas Riau.

Kemudian, Universitas Lampung (Unila), Universitas Sriwijaya, Universitas Padjajaran (Unpad), Institut Teknologi Bogor (ITB), Universitas Bandung Raya, Universitas Hasanuddin (Unhas), Universitas Haluleo Kendari, serta Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan, BPTP Bengkulu dan Jambi. (fsl)

(rhs)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini