JAKARTA - Persetujuan penurunan usulan defisit anggaran dari 2,32 persen menjadi 2,21 persen atau Rp249,7 triliun dari Produk Domestik Bruto (PDB) dalam RAPBN 2015 yang sudah disahkan semalam di rapat Banggar merupakan cara untuk menghadapi normalisasi kebijakan di Amerika Serikat (AS).
"Walaupun anggaran baseline tapi defisit dicoba diturunkan dari 2,32 persen menjadi 2.21 persen. Ini penting," ucap Menteri Keuangan Chatib Basri di Gedung DPR, Jakarta semalam.
Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
Menurutnya, hal ini tidak terlepas dari risiko jika adanya normalisasi kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed yang akan dilakukan.
"Saya baru kembali dari pertemuan G20 dan satu pesan yang bisa saya sampaikan risiko dari normalisasi kebijakan AS. Kalau ada risiko seperti itu yang paling baik adalah sumber pembiayaan defisit jadi lebih kecil. Kalau terlalu besar risiko likuiditas global akan makin sulit. Idealnya pemerintahan baru harus kurangi defisit APBN karena risiko dari normalisasi AS," papar Chatib.
Chatib mengungkapkan, penurunan defisit ini memang tidak signifikan dikarenakan bersifat baseline namun seharusnya bisa diteruskan oleh pemerintahan mendatang dengan program-programnya yang sudah dicanangkan.
"Menurut saya iya, bisa turunkan defisit anggaran. Karena risiko di luarnya lebih sulit. Kita akan menduga likuiditas akan kencang. Biar bagaimana keputusan mengenai program, BBM dan sebagainya akan di tangan pemerintahan berikut tapi setidaknya sudah diberikan sinyal kita coba kurangi defisit," tegas Chatib.
Chatib menjelaskan, dengan adanya pengurangan defisit maka penerbitan SBN Neto akan berkurang sekira Rp27,9 triliun dari target awal Rp304 trilliun.
"Dengan sendirinya akan mengurangi utang. Itu kita lakukan. Ini kan baseline," tukasnya.
(rzy)