JAKARTA- Direktur Eksekutif Political Comunication Institute (Polcom) Heri Budianto mengatakan, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tidak bisa lepas dari sosok Megawati Soekarnoputri. Lantaran, sejumlah kader meminta agar Megawati kembali menjabat sebagai ketua umum pada Partai Banteng tersebut.
Menurut Heri, alangkah baiknya jika PDIP memikirkan regenerasi tokoh-tokoh potensial untuk menjadi calon penganti Megawati. Jadi jangan Megawati yang terus disodorkan namanya untuk menjadi ketua umum. Meminjam istilah anak muda zaman sekarang, PDIP "gagal move on".
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
"PDIP perlu memikirkan untuk melakukan regenerasi kepemimpinan di tubuh parpol. Selain itu pada pemilu 2019 pemilih muda akan mendominasi pemilih, sehingga akan pemimpin muda sangat diperlukan bagi politik ke depan," ujar Heri kepada Okezone di Jakarta, Selasa (23/9/2014).
Dengan demikian, apabila Megawati terus didesak untuk menjabat sebagai nahkoda dari partai banteng tersebut, proses kaderisasi PDIP belum berhasil. Pasalnya, para kader tidak bisa lepas dari puteri Presiden RI pertama Soekarno.
"Lalu masih bergantungnya parpol pada sosok figur. Karena patronase figur masih mendominasi parpol. Padahal mestinya parpol berani memasang kader baru untuk membuka sekat patronase figur," jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, seluruh ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP meminta Megawati kembali menjadi Ketua Umum PDIP periode 2015-2020. Mega sendiri kembali diusung untuk menjadi Ketua Umum dalam Rakernas IV PDIP di Semarang. Dukungan ini juga diberikan oleh Jokowi yang akhirnya diikuti oleh sejumlah kader PDIP.
Mega merupakan pendiri PDIP dan menjadi Ketua Umum sejak 1999. Dengan kata lain, dia sudah sekira 15 tahun memimpin Partai Banteng tersebut.
(ugo)
