JAKARTA - Kenaikan Harga gas Elpiji 12 kg yang berlaku pada awal September kemarin, tidak berdampak besar terhadap inflasi. Pasalnya, inflasi inti masih terkendali.
"Kenaikan gas Elpijij 12 kg maupun produk dari sektor energi lainnya, tidak berdampak besar pada inflasi September tahun ini. Karena, inflasi keuangan kita sekarang 5 hingga 5,2 persen belum terlalu besar," kata pengamat ekonomi dari Economic Think Tank (Ec-Think) Indonesia Aviliani kepada Okezone, Selasa(30/9/2014).
Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
Meski demikian, isu Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, yang akan menaikkan suku bunganya dapat menjadi perhatian khusus bagi keuangan negara. Pasalnya, dana yang keluar dapat menyebabkan Rupiah bergejolak.
"Pemerintah harus memberikan perhatian khusus terhadap kebijakan The Fed dalam menaikkan suku bunga. Karena, itu dapat menjadi momok penambahan inflasi tahun depan, "tambahnya.
Sekedar informasi, Rupiah melemah ke level Rp 12.000 sejak tujuh bulan lalu. Melansir dari Bloomberg Dollar Index, Rupiah pada perdagangan non-delivery forward (NDF) anjlok Rp43,5 poin atau 0,36 persen di Rp12.169 per USD dibandingkan penutupan sebelumnya Rp12.169 per USD.
(mrt)