Share

Rupiah Melemah, Tarif Kereta Bisa Naik

Dani Jumadil Akhir , Okezone · Selasa 30 September 2014 17:05 WIB
https: img.okezone.com content 2014 09 30 320 1046425 o3MnxXjBZ9.jpg Kereta Api. (Foto: Okezone)
A A A

JAKARTA - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah di level Rp12.000an per USD. Bahkan, pada pembukaan tadi pagi, mata uang Garuda sempat menembus Rp12.200 per USD.

Direktur Komersial PT KAI, Bambang Eko Martono, mengatakan dengan melemahnya Rupiah, maka cukup mengganggu kinerja perusahaan. Pasalnya perusahaan pelat merah ini lebih banyak melakukan importasi untuk memperbaiki kereta api.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

"Sparepart banyak impor, jadi dampaknya terasa sekali. Kita kejar pendapatan lebih sebagai dampak dari kurs," ucap Bambang di Gedung Jakarta Railway Center, Djuanda, Jakarta Pusat, Selasa (30/9/2014).

Bambang menambahkan, tahun ini saja pendapatan perseroan sudah mencapai Rp7,5-Rp8 triliun, dari target pendapatan sekira Rp11 triliun. "Laba bersih Rp800 miliar dari tahun lalu Rp560 miliar. Laba kan naik turun," paparnya.

Menurut Bambang, pihaknya akan mengantisipasi pelemahan Rupiah dengan berbagai cara, seperti melakukan efisiensi serta mengejar target pendapatan yang sudah dicanangkan. "Enggak kurangi utang dalam dolar AS, ada kontrak pengangkut pakai kurs dolar AS dengan basis tertentu jadi enggak khawatir, enggak usah hedging," imbuhnya.

Lebih Lanjut Bambang mengatakan, sebenarnya tahun ini saja KAI bisa saja menaikkan tarif kalau Rupiah terus melemah, ditambah dengan kenaikan BBM yang membuat inflasi melonjak.

"Nanti bisa naik tarif kalau sudah ada pelemahan Rupiah itu sudah ada di klausul kontrak. Pengakutan barang, salah satu naik tarif karena kurs, BBM dan inflasi. Faktor yang bisa justifikasi tarif," kata Bambang.

"Itu pasti bukan kemungkinan, logis kan. Iya mengikuti tarif batas atas. Untuk kemampuan daya beli masyarakat, tergantung daerahnya, relasinya. Utara dan selatan beda, ada lintas utara dan selatan. Lebih tinggi lintas utara," tukas dia.

(mrt)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini