HONG KONG - Protes pro-demokrasi yang terjadi di Hong Kong ternyata ikut menyeret pasar properti di negara ini. Kerusuhan besar yang terjadi di negara ini membuat jatuhnya pasar saham yang ikut menyeret menurunnya kinerja sektor real estat di Hong Kong.
Seperti dilansir dari Opp-connect, Selasa (30/9/2014), puluhan ribu demonstran pro-demokrasi memblokir jalan-jalan di Hong Kong. Sejumlah pusat bisnis ditutup karena ada kabar yang beredar bahwa para pendemo juga memprotes harga properti di Hong Kong.
Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
Berdasarkan catatan konsultan properti Savills, harga properti di Hong Kong pada semester I-2014 hanya tumbuh 3,7 persen, atau 15 persen lebih rendah pada periode yang sama dibanding 2013 lalu. Hal ini disebabkan oleh kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk mendinginkan pasar properti Hong Kong.
"Harga properti premium di Hong Kong lebih dari USD4.000 per kaki per segi, atau empat kali lipat dibandingkan harga properti di Dubai, dan dua kali lipat dari harga properti Singapura," tulis laporan Savills.
Seperti diketahui, menurut laporan Savills baru-baru ini, harga properti yang tinggi membuat Hong Kong menjadi kota paling mahal ke dua di dunia untuk para ekspatriat, setelah London.
Hong Kong Chief Executive, pebisnis dan pemilik perusahaan real estat di Hong Kong, Leung Chun-ying menghimbau kepada para pengunjuk rasa untuk menarik diri dan menghentikan aksi protes mereka untuk citra dan stabilitas Hong Kong.
(wdi)