Share

Mata Uang Fragile Five Terhantam Dolar

Dani Jumadil Akhir , Okezone · Rabu 01 Oktober 2014 12:24 WIB
https: img.okezone.com content 2014 10 01 20 1046795 DacMu5Tw1R.jpg Mata Uang Fragile Five Terhantam Dolar (Chatib Basri: Okezone)
A A A

JAKARTA - Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah, bahkan menyentuh di level Rp12.200an per USD. Pasalnya pelemahan kurs tersebut tak hanya di Indonesia.

Menteri Keuangan Chatib Basri mengungkapkan pelemahan kurs ini tidak hanya terjadi pada Rupiah melainkan kepada negara yang tahun lalu masuk sebagai fragile five.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

"Satu bulan terakhir, mata uang Rupee (India), Real (Brasil), Lira (Turki), Afrika Selatan dan Rupiah alami depresiasi cukup tajam, itu terjadi dalam satu bulan terakhir. Cek datanya, akan melihat tren pelemahan," ucap Chatib di Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat, Rabu (1/10/2014).

Chatib menjelaskan, anggapan pelemahan Rupiah ini banyak didorong dari fenomena domestik yakni dikait-kaitkan dengan disahkannya UU Pilkada melalui DPRD. Menurut Chatib hal tersebut adalah keliru.

"Fenomena pelemahan ini terjadi di negara disebut yang tahun lalu masuk di fragile five. Hampir sama tingkat depresiasinya," kata Chatib.

Menurut Chatib, bicara mengenai Rupiah sepenuhnya ada di Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas tertinggi mengatur kurs. Namun dirinya menyebut bahwa selama ini BI hadir dipasar untuk smoothing volatile.

"Saya bicara dengan pak Gubernur BI, para Deputi Gubernur Senior, bahwa BI itu tidak lakukan mempertahankan Rupiah di level tertentu, tapi smoothing volatile. Saya enggak bisa boleh indikasikan numbernya, nanti akan di hit orang. Angka yang sekarang sudah diantisipasi orang," paparnya.

Menurut Chatib, terkait asumsi Rupiah di level Rp11.900 per USD dalam APBN 2015 sudah memperhitungkan gejolak yang akan terjadi seperti normalisasi bank sentral AS, the Fed dengan menaikan suku bunga lebih cepat dan tinggi.

"Market itu sudah price in. Orang-orang sudah antisipasi, yang terjadi Rupiah akan stabil. Ini relatif smooth, tidak ada kepanikan pasar. Kalau ada turbelensi bisa lebih baik," pungkasnya.

(rzy)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini