JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit neraca perdagangan Agustus 2014 mencapai USD0,31 miliar. Pasalnya, impor migas yang terlalu tinggi membuat neraca perdagangan defisit.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo mengungkapkan, Indonesia sudah sejak lama mengalami defisit neraca perdagangan. Karenanya, pemerintah harus mencari cara untuk menekan defisit tersebut.
Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
"Defisit transaksi berjalan sudah terjadi sejak 10 kuartal lalu. Indonesia sudah defisit sejak kuartal IV-2011 ini sudah cukup besar," jelas dia dalam acara Ocean Investment Summit di Ritz Carlton Hotel, Jakarta, Rabu (1/10/2014).
Dia melanjutkan, ekonomi Indonesia yang tumbuh 5,8 persen dalam empat tahun terakhir sudah sesuai dengan harapan. "Inflasi Indonesia yang 10 tahun lalu 6-8 persen, sekarang sudah di kisaran 4-5 persen, dan Agustus sudah normal," tuturnya.
Menurutnya, ekonomi Indonesia memang sudah mengalami perbaikan di 2014. Namun, jika Indonesia ingin tumbuh lebih dari enam persen, maka neraca transaksi berjalan harus diperbaiki.
"Defisit transaksi berjalan sekarang 3,2 persen, idealnya itu bisa kita tekan sampai 2,5 persen, dan paling banyak impor BBM," tukas dia
(rzk)