JAKARTA - Teori yang diberikan oleh para dosen rasanya tidak cukup bagi mahasiswa untuk benar-benar memahami materi. Ilmu dan pengalaman dari praktisi akan membantu melengkapi kekurangan tersebut.
Seperti yang dilakukan oleh Praktisi Branding DM ID yang berbagi ilmu tentang aplikasi konkret branding dalam menunjang potensi negara di sejumlah kampus. Salah satunya adalah Universitas Bina Nusantara (Binus).
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
President & Chairman DM ID Daniel Surya menyatakan, kegiatan berbentuk seminar tersebut diharapkan dapat membangkitkan semangat anak muda Indonesia dalam mengoptimalkan potensi berbagai aspek bidang negara Indonesia di mata dunia internasional. Oleh karena itu, dia berencana akan menyelenggarakan kegiatan tersebut secara rutin.
"Saya berharap kegiatan ini dapat memberikan dampak jangka panjang. Ke depan, saya dapat melihat lahirnya brand lokal dari anak-anak muda Indonesia yang mampu menunjang prestasi Indonesia di kancah internasional," ungkap Daniel di Binus, Kemanggisan, Jakarta Barat, Kamis (2/10/2014).
Managing Director DM ID Almira Shinantya menambahkan, Indonesia memiliki potensi besar untuk bersaing di tingkat global. Khususnya keanekaragaman suku bangsa, budaya, maupun kekayaan alam yang menjadi daya tarik tersendiri.
"Peranan branding dalam menciptakan identitas unik dapat membantu Indonesia menciptakan daya tarik bagi dunia internasional. Saya percaya dengan kesadaran yang semakin meningkat akan peranan branding, didukung potensi besar generasi muda Indonesia untuk melahirkan karya inovatif dan kreatif akan mampu membawa bangsa ini sejajar dengan negara-negara maju lainnya," kata Almira.
Selain Binus, kegiatan serupa juga digelar di lima perguruan tinggi lainnya. Mulai dari Prasetiya Mulya Business School, Universitas Indonesia (UI), Universitas Maranatha Bandung, Universitas Kristen Petra Surabaya, hingga Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
(rfa)