Share

9.180 Warga Sumut Terjangkit Malaria

Erie Prasetyo, Jurnalis · Kamis 23 Oktober 2014 18:04 WIB
$detail['images_title']
Warga sumut terjangkit malaria (Foto: Morgana249)

SEBANYAK 9.180 warga Sumatera Utara (Sumut) saat ini terjangkit malaria. Untuk menekan angkat penyakit tersebut, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumut melakukan pengobatan dipemukiman penduduk.

Hal tersebut dikatakan Pejabat Pemberi Informasi Daerah (PPD) Dinkes Sumut, Afwan Lubis melalui Kepala Seksi Bimdal Pemberantasan Penyakit, Sukarni kepada wartawan, Kamis (23/10/2014).

"Kita akan menargetkan, tahun 2015, angka penderita malaria menjadi 1 per 1.000 penduduk. Makanya, dengan perbandingan tahun 2013 dan 2014, sampai September, bila dihitung per triwulan rata-rata mencapai tiga ribu kasus," ujar Sukarni.

Dengan begitu, kata Sukarni, sepanjang 2013, penyakit malaria di Sumut mencapai 16.864 penderita. Jumlah angka tersebut, terbesar di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) yaitu, 8318 terdiri dari laki-laki 4294 dan perempuan 4023 orang.

Sedangkan Batubara 3540 terdiri dari laki-laki 1739 dan perempuan 1739 orang. Asahan 1183, laki-laki 985 dan perepuan 898. Namun demikian, jelas Sukarni, dari jumlah angka tersebut, dilaporkan sampai saat ini tidak ada korban yang meninggal dunia.

Sementara, lanjut Sukarni, pada tahun 2014, jumlah penyakit malaria dari Januari hingga September mencapai  9.180. Seperti halnya dilaporkan untuk Kabupaten Madina sebanyak 457 kasus, terdiri dari laki-laki 243 dan perempuan 214 orang.



"Batubara untuk saat ini 2362 kasus. Laki-laki 1141 dan perempuan 1241. Asahan mencapai 2105 terdiri laki-laki 1133 dan perempuan 972 kasus. Mudah-mudahan pada Oktober hingga Desember 2014, angka malaria turun dratis," tutur Sukarni.

Kembali dikatakan, pada tahun 2013, Dinkes Sumut melakukan pemeriksaan terhadap ibu hamil sebanyak 900 ribu lebih. Namun, dilaporkan 26 orang positif malaria. Sedangkan 2014, sebanak 20 ribu yang diperiksa, 65 yang menderita penyakit tersebut.

"Makanya, dengan dilaporkan angka malaria tersebut, Dinkes melakukan kerjasama dengan program KIA untuk melakukan pemeriksaan ibu hamil dan bayi di Puskesmas maupun bidan terdekat, apakah ada gejala malaria atau tidak," tandas Sukarni.

Jadi, ungkap Sukarni, jika ditemukan ibu hamil meninggal dunia, belum tentukan disebabkan malaria. Maka, terlebih dahulu dilakukan crosschek, apakah malaria atau penyakit lain. Disamping itu, Dinkes akan melakukan pengobatan atau mengurangi populasi nyamuk.

"Kita imbau masyarakat, khususnya kepada ibu hamil dan memiliki bayi, jika tidur di malam hari memakai oles anti nyamuk dan menggunakan kelambu. Karena ini, salah satu pencegahan terjangkit malaria. Selain itu, membersihkan sarang nyamuk," pintanya.

Disamping itu, tambah Sukarni, Dinkes akan melakukan pemeriksaan darah terhadap ibu hamil dengan mikroskop dan rapid tes, untuk mencegah bayi kurang gizi. Sehingga tidak terjadi resiko kepada mereka.


Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(ren)