Share
Kebudayaan Madura Mulai Luntur

Lomba Sra' Pasra'an Mantan di Tengah Lunturnya Budaya Madura

Syaiful Islam , Okezone · Sabtu 25 Oktober 2014 10:20 WIB
https: img.okezone.com content 2014 10 25 340 1056756
A A A

BANGKALAN - Siang itu suasana Pendopo Pratanu Pemkab Bangkalan sangat panas, maklum sedang musim kemarau. Namun, panasnya suasana terasa pudar ketika melihat pelajar SMP dan SMA beserta gurunya sudah memakai pakaian adat Madura. Itu pertanda acara akan segera dimulai.

Di antara mereka ada yang memakai baju pengantian. Untuk pengantin pria memakai jas hitam dipadu celana hitam, serta memakai songkok dan dikalungi bunga. Sedangkan pengantin wanita memakai kebaya merah dipadu dengan sarung.

Para guru yang memakai pakaian adat Madura juga tampak membawa sesuatu. Rupanya yang mereka bawa merupakan seperangkat alat salat, bantal, guling dan tikar. Barang-barang tersebut untuk melamar calon pengantin perempuan.

"Kauleh dek kak dintok alamarrah anak sampean egebey juduh buduk kauleh, apah sampean naremah? (Saya datang kesini untuk melamar putri anda untuk dijodohkan dengan anak saya, apa anda menerima?)," terang pengantar pengantin pria, Siti Maimuna.

Kemudian dijawab oleh perwakilan pengantin perempuan, "Kauleh naremah dek putra sampean ejuduh agin sareng anak buleh (Saya menerima putra anda untuk dijodohkan dengan putri saya)," ucap Ahmad Hadari.

Selanjutnya pihak pengantin pria menyerahkan barang-barang bawaannya kepada keluarga pengantin perempuan. Lalu pengantin perempuan dan pria duduk bersanding di kursi.

Prosesi pernikahan tersebut bukan sungguhan, melainkan hanya sebuah lomba Sra' Pasra'an Mantan Madhura (menyerahkan manten) yang digelar para pecinta seni dan budaya Madura yang ada di Kabupaten Bangkalan.

"Untuk mengembalikan tradisi adat dan bahasa Madura, kami mengadakan lomba Sra' Pasra'an Mantan Madhura," terang budayawan Madura asal Bangkalan, RM Hasan Sasra.

Menurut Hasan, kegiatan ini digelar untuk merangsang generasi penerus agar mencintai adat istiadat dan budaya Madura, serta mencintai bahasa Madura. Sehingga dalam sehari-harinya bisa berkomunikasi dengan bahasa Madura.

"Saat ini yang terjadi banyak orang menyerahkan maupun menerima manten, walaupun memakai bahasa Madura sudah campur dengan bahasa Jawa dan Indonesia. Padahal, kita punya bahasa baku yang perlu dilestarikan," paparnya.

Ia menambahkan, banyak generasi penerus yang tidak memakai bahasa Madura. Hal tersebut harus dihindari, para generasi penerus harus memakai bahasa Madura yang betul, bukan serapan dari bahasa Indonesia dan Jawa.

"Lomba ini diikuti para guru SMP dan SMA, tujuannya supaya bisa menularkan pada muridnya. Kami berharap dengan adanya lomba ini, orang Madura sendiri tahu prosesi pernikahan yang ada di sini," paparnya.

Sementara itu, Asisten Ekonomi dan Kesra Pemkab Bangkalan, Moh Gufron, menyambut positif kegiatan tersebut. Ia mengaku, prosesi penyerahan mantan Madura memang mulai luntur saat ini.

"Saya melihat prosesi pernihakan Raffi sangat bagus, sebenarnya prosesi pernikahan adat Madura juga sangat bagus, tapi mulai luntur. Itu harus dikenalkan kembali pada masyarakat. Salah satu caranya dengan adanya lomba Sra' Pasra'an Mantan," paparnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(ris)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini