BANGKALAN - Semakin berkembangnya zaman dan derasnya arus globalisasi yang masuk ke Pulau Madura, membuat Pulau Garam itu semakin maju. Sayangnya, kemajuan tersebut membuat kebudayaan yang ada malah luntur.
Penggunaan bahasa Madura misalnya. Sekarang ini, anak muda di sana lebih suka berbicara dengan bahasa Jawa dan Indonesia. Padahal, Madura mempunyai bahasa daerah sendiri.
Hal tersebut terjadi lantaran orangtua jarang menggunakan bahasa Madura saat berkomunikasi dengan anak mereka. Mereka lebih memilih menggunakan bahasa lain saat berbicara.
"Salah satu penyebab lunturnya bahasa Madura karena para orangtua jarang mengajari anaknya. Padahal, mengajari bahasa etnis pada anak-anak mereka sangat penting," terang Budayawan Madura asal Bangkalan, RM Hasan Sasra kepada Okezone.
Faktor lain, sambung Hasan, sekolah-sekolah sekarang ini jarang mengajak siswa berbahasa Madura. Sehingga anak-anak berpikir bahwa bahasa Madura tidak perlu lagi karena sudah jarang dipakai.
"Di rumah tidak memakai bahasa Madura, ditamabah di sekolah tidak memakai bahasa Madura. Tak jarang anak Madura tidak bisa bahasa Madura. Kondisi tersebut sangat disayangkan," ujarnya.
Ia menambahkan, bahasa Madura sebenarnya merupakan identitas seseorang. Orang lain justru akan ragu saat seseorang mengaku sebagai orang Madura tapi tidak memahami bahasa daerahnya.
"Di samping bahasa yang mulai luntur, permainan tradisional sebagai warisan leluhur juga sudah mulai jarang ditemui dan dipakai anak-anak. Anak sekarang lebih suka bermain permainan masa kini seperti game online dan PS," pungkasnya.
Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
(ris)
