JAKARTA - Tahun 2015 diprediksi akan menjadi titik terendah pasar properti di Indonesia. Pasalnya, industri properti di Indonesia kembali harus diuji, mulai dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, hingga kenaikan BI rate.
"Para pengembang akan berhati-hati untuk menaikan harga propertinya menyusul akan segera naiknya biaya konstruksi dan biaya pendanaan. Kondisi akan memberikan efek mulai awal tahun 2015. Tahun 2015 diperkirakan akan menjadi titik terendah pasar properti," kata Direktur Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda yang dikutip dari laman resmi IPW, Minggu (23/11/2014).
Kenaikan BBM disusul dengan naiknya BI Rate menjadi 7,75 persen membuat pasar properti semakin terpuruk. Kondisi ini membuat kondisi perlambatan pasar properti semakin turun tajam. Sampai triwulan III 2014 telah terjadi penurunan penjualan lebih dari 69 persen dibandingkan triwulan III 2013.
Ali memperkirakan, setiap kenaikan sebesar 1 persen suku bunga akan menurunkan daya beli sebesar 4-5 persen. Namun demikian dengan adanya multiplier effect dari BBM dan perlambatan properti saat ini, maka diperkirakan penurunan daya beli minimal 30 persen. "Para pengembang diharapkan dapat lebih waspada melakukan ekspansi baik itu untuk segmen menengah atau atas, ucapnya.
Meski begitu, lanjut Ali, arus dana asing yang akan masuk ke Indonesia terkait MEA 2015 akan dapat memberikan pertumbuhan yang baik khususnya di sektor industrial. Disamping itu, pelemahan rupiah terhadap dolar juga harus tetap menjadi perhatian penuh. Ia juga menyarankan agar pengembang lakukan konsolidasi untuk mengantisipasi perkiraan market recovery di tahun 2016.
Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
(wdi)