Share

Lumpuh Tak Halangi Natalia Raih Cita-Cita Jadi Penerjemah

Margaret Puspitarini, Okezone · Kamis 27 November 2014 17:03 WIB
https: img.okezone.com content 2014 11 27 65 1071431 lumpuh-tak-halangi-natalia-raih-cita-cita-jadi-penerjemah-Kz8Y4DzHUr.jpg Foto : Mahasiswa Unnes jurusan Sastra Inggris, Natalia Hersaniati/Unnes

JAKARTA - Kaki dan tangan Natalia Hersaniati boleh lumpuh, tapi tidak semangatnya. Meski tidak bebas bergerak layaknya orang normal, Natalia bertekad mewujudkan cita-citanya sebagai penerjemah dengan belajar sungguh-sungguh selama kuliah di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Negeri Semarang (Unnes).

Awalnya, putri pertama Herlambang Pambudi (44) dan Meliana Susan Supriatun (43) itu sama seperti anak normal lainnya. Namun ketika umur 15 bulan, dia terkena panas tinggi. Setelah dibawa ke puskesmas terdekat, dokter mendiagnosis Natalia terkena polip sehingga beberapa sarafnya tidak berfungsi optimal.

"Sehingga, kaki dan tangan saya mengecil serta uratnya menegang hingga hampir tidak bisa digerakkan,” ujar Natalia, seperti dinukil dari situs Unnes, Kamis (27/11/2014).

Kenyataan tersebut diterima dara berusia 20 tahun itu dengan ikhlas. Dia menilai kejadian yang dialaminya hingga kini adalah takdir yang harus dihadapi.

“Saya tidak boleh putus asa. Dalam setiap ketidak sempurnaan pasti ada hikmah dan potensi yang bisa digali,” tuturnya.

Benar saja. Di balik keterbatasannya itu, Natalia memiliki semangat belajar yang sangat tinggi. Selain menjadi penerjemah, dia juga bercita-cita ingin melanjutkan pendidikan hingga jenjang lebih tinggi.

Sehari-hari untuk bisa berkuliah, Natalia harus diantar jemput sang ayah. Meski demikian, dia tidak pernah malu atau minder dengan keterbatasan yang dimiliki. Dia bahkan selalu menjalankan perkuliahannya sama seperti mahasiswa lain.

"Saya justru malu ketika tidak bisa memahami materi perkuliahan dengan baik. Itu aib bagi saya. Sebaliknya saya sangat senang kalau bisa memahami dan berbagi ilmu dengan teman lain,” ujar gadis yang gemar membaca novel dan e-book berbahasa Inggris ini.

Kegigihan Natalia untuk menyelesaikan pendidikan dan meraih cita-cita mendapat dukungan penuh dari kedua orangtuanya. Bahkan, sang ayah Herlambang Pambudi rela harus menggendong Natalia dari lantai dasar menuju ruang kuliah yang ada di lantai tiga.

“Saya rela mengorbankan apa pun asalkan Natalia dapat menyelesaikan studinya di Unnes sampai akhir. Kalau bisa haknya sebagai mahasiswa difabel lebih diperhatikan darimahasiswa pada umumnya, baik untuk kuliah maupun untuk fasilitas lainnya di Unnes,” papar Herlambang.

Masukan tersebut ditanggapi secara positif oleh Rektor Unnes, Fathur Rokhman. Dia mengatakan sebisa mungkin menyediakan fasilitas pendukung bagi mahasiswa difabel. Meskipun, lanjutnya, Unnes tidak pernah membeda-bedakan mahasiswa penyandang disabilitas dengan mahasiswa lainnya, termasuk dalam proses seleksi.

“Ketika mereka masuk Unnes, kami berikan sedapat mungkin kemudahan. Tidak ada diskriminasi. Kami berupaya semaksimal mungkin menyediakan akses pendidikan terbaik bagi mahasiswa penyandang disabilitas di Unnes. Contohnya, ketika dalam sebuah kelas terdapat mahasiswa penyandang disabilitas, perkuliahan dapat berlangsung di lantai dasar agar tidak menyulitkan,” urai Fathur.

Wujud komitmen lainnya adalah dengan mengusahakan beasiswa bagi penyandang disabilitas, sepanjang mereka membutuhkan. Bahkan, jurusan sastra Inggis juga siap mendampingi mahasiswa penyandang disabilitas.

“Bentuk pendampingan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing mahasiswa,” kata Dosen Wali Natalia, Prayudias Margawati.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(mrg)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini