Menikah Muda Rentan Kehamilan Berisiko

PERKAWINAN muda yang diikuti dengan kehamilan dini memang sangat berisiko bagi kesehatan ibu dan anak. Untuk mengatur ini, undang-undang mengenai usia perkawinan memang perlu dievaluasi dengan pendewasaan usia perkawinan.

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) terbaru, satu dari empat remaja berusia 15 – 19 tahun, melakukan pernikahan dini dan sepersepuluh dari mereka hamil muda. Mengetahui kondisi ini, berbagai lembaga berusaha mengubah tren tersebut, seperti mereka yang terkumpul dalam Gerakan Kesehatan Ibu & Anak (GKIA).

“Berbagai studi membuktikan bahwa, dari aspek kesehatan gadis berusia 19 tahun belum sepenuhnya siap untuk menjadi seorang ibu. Selain itu, seorang ibu tidak hanya dilihat dari kemampuan melahirkan saja, tapi juga kemampuan pengasuhan dan pendidikan,” tutur Campaign Director Asteria Taruliasi Aritonang, dari Wahana Visi Indonesia dan GKIA, kepada Okezone, Senin (22/12/2014).

Saat ditemui dalam konferensi pers Hari Ibu di Kantor Kementerian Kesehatan RI, ia mengatakan bahwa, mereka yang tergabung dalam koalisi 18 telah mengajukan uji materi untuk undang-undang 174 tahun 1974 tentang perkawinan, yang menyatakan usia perkawinan minimal 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki.

“Kondisi ini bertentangan dengan langkah Indonesia yang telah meratifikasi Konvensi Hak Anak PBB dan Undang-undang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa usai anak adalah sampai 18 tahun. Dengan UU Perkawinan yang ada berarti Indonesia selama ini memperbolehkan pernikahan anak,” tegasnya.

Sejak April lalu enam lembaga telah meminta uji materi UU Perkawinan ke Mahkamah Konstitusi untuk meningkatkan usia minimal pernikahan menjadi 18 tahun, dan akan segera diputuskan dalam waktu dekat.