Share

Langkah Arief Yahya Capai 20 Juta Wisman di 2019

Helmi Ade Saputra, Jurnalis · Selasa 27 Januari 2015 18:13 WIB
https: img.okezone.com content 2015 01 27 406 1097930 langkah-arief-yahya-capai-20-juta-wisman-di-2019-e0hbhyVyRy.jpg Arief Yahya optimis 20 juta wisman tercapai di 2019 (Foto: Arif Yulianto/ Okezone)

LIMA tahun ke depan Menteri Pariwisata Indonesia Arief Yahya ditargetkan mendatangkan 20 juta wisatawan mancanegara (wisman).

Tahun lalu, kunjungan wisman ke Indonesia tercatat 9,5 juta orang. Lalu, langkah apa yang akan ditempuh Menteri Arief untuk memenuhi target tersebut?

Menurut Arif, untuk meningkatkan kunjungan wisman harus mengetahui target utama, prioritas destinasi, originasi, alasan orang datang ke Indonesia, dan efektivitas media. Jika semua hal tersebut sudah diketahui maka promosi pariwisata akan lebih efektif.

Arief menambahkan, target utama mendatangkan wisman selalu melihat border tourism atau negara-negara terdekat. Misalnya, Malaysia mempunyai jumlah kunjungan wisman mencapai 26 juta, di dalamnya 60 persen dari Singapura dan 10 persen dari Indonesia, sementara sisanya dari negara-negara lain.

Wisman yang datang ke Indonesia sendiri, kata Arif, didominasi lima negara berdasarkan jumlahnya, yaitu Singapura 1,32 juta, Malaysia 1,12 juta, Australia 996 ribu, serta China dan Korea yang belum mencapai 900 ribu.

Namun bagi Arief, ada catatan khusus untuk wisman asal China yang mempunyai potensi lebih tinggi dan akan menggeser jumlah kunjungan turis dari Australia. Oleh karena itu, Arief mempunyai target terhadap kunjungan wisman dari Tiongkok setiap tahun.

Outbond Tiongkok itu 100 juta ke beberapa negara, namun yang ke Indonesia hanya 800 ribu atau kurang dari satu persen. Target saya tahun ini ingin mendatangkan dua juta wisman Tiongkok dari 800 ribu, itu pun berarti hanya dua persen. Oleh karena itu, fokus promosi kita juga harus jelas, nomor satu Singapura, Malaysia; nomor tiga nanti China, Australia, dan Korea,” jelas Arief Yahya kepada Okezone di Gedung Sapta Pesona, Kantor Kementerian Pariwisata, Jakarta Pusat.

Selanjutnya, jelas Arief, kita harus memahami originasi atau pintu masuk destinasi utama di Indonesia. Terdapat tiga pintu masuk utama wisman ke Indonesia, yaitu Bali yang menghasilkan sebesar 40 persen wisman, Jakarta 30 persen, dan Batam 25 persen. Dari tiga titik pintu masuk utama tersebut sudah mencapai 95 persen, sedangkan sisanya tersebar di seluruh Indonesia.

“Dari tiga titik tersebut sudah 95 persen, lima persennya tersebar di seluruh Indonesia. Kalau kita tidak tahu soal ini, maka lagi-lagi tidak akan bisa mengalokasikan sumber daya dengan efektif,” jelas mantan CEO PT Telekomunikasi Indonesia ini.

Meski terdapat prioritas tiga titik pintu masuk utama wisma ke Indonesia, tegas Arief, bukan berarti tidak memikirkan daerah lain di Indonesia. Namun baginya, bila mem-branding setiap daerah akan membutuhkan dana yang sangat besar, sehingga munculah konsep yang diharapkan lebih menekan biaya tetapi efektif.

“Kita mempunyai Jakarta, di sekitarnya ada Puncak, Cianjur, dan Sukabumi, tetapi terlalu mahal jika kita branding setiap kota, maka diluncurkan konsep Great Jakarta. Termasuk di Great Jakarta itu ada Cianjur, Puncak, Cipanas, Sukabumi, dan Kepulauan Seribu. Selain itu, nantinya juga akan ada Great Batam dan Great Bali atau Great Surabaya,” jelasnya.

Pria kelahiran Banyuwangi, 2 Maret 1961 ini menjelaskan bagaimana efektivitas media sangat penting dalam promosi pariwisata Indonesia untuk mencapai target 2019. Menurutnya, media digital atau online, termasuk media sosial, empat kali lebih efekftif dibandingkan media konvensional. Misalnya, dengan uang Rp100 juta di media konvensional bisa memengaruhi 100 orang, sedangkan di media online memengaruhi 400 orang.

Jika semua hal tersebut berjalan dengan baik, maka promosi pariwisata akan lebih efektif dengan harapan mencapai target 20 juta kunjungan wisman di 2019. Oleh karena itu, nada optimis pun dilontarkan Arief mengenai target kunjungan yang diberikan Presiden Joko Widodo untuk 2019.

Hal ini menurut Arief, pertumbuhan wisman di Indonesia tidak buruk, yaitu 28 persen, sedangkan rata-rata pertumbuhan ASEAN empat persen. Namun, harus diakui secara nominal kunjungan wisman Indonesia yang hanya sembilan juta masih kalah dari Malaysia yang 26 juta dan Thailand 27 juta. Untuk mencapai target 2019, artinya pertumbuhan kunjungan wisman ke Indonesia harus lebih dari double atau minimal 15 persen.

“Berat atau tidak? Tidak ada pilihan untuk Indonesia, kecuali ingin kita selalu kalah. Kalau total 2019 tercapai 20 juta wisman, kita akan masih kalah jauh dari Malaysia dan Thailand. Mungkin Thailand dan Malaysia sudah di atas 30 juta kunjungan wisman ketika Indonesia mencapai 20 juta. Oleh karena itu, ini tantangan untuk kita bersama bahwa 20 juta mau tidak mau harus dicapai,” tutupnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(jjs)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini