Share

Indikasi KIH Tak Sejalan dengan Jokowi Semakin Menguat

Mohammad Saifulloh , Okezone · Rabu 28 Januari 2015 08:35 WIB
https: img.okezone.com content 2015 01 28 337 1098148 indikasi-kih-tak-sejalan-dengan-jokowi-semakin-menguat-7ZYQm5Nu6p.jpg
A A A

JAKARTA - Kritik tajam politisi PDIP Effendi Simbolon dan politisi Hanura membuktikan bahwa presiden Jokowi dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) mulai tidak sejalan. Situasi ini secara politik bisa membahayakan posisi Jokowi sebagai presiden.

"Jika KIH, khususnya PDIP sudah tak sejalan dengan presiden ini sangat membahayakan secara politik," ulas Direktur Eksekutif PolcoMM Institute Heri Budianto, Rabu (28/1/2015).

Situasi rumit ini, sambung dia, membuktikan bahwa terdapat banyak kekurangan terkait koordinasi dan komunikasi antara partai pengusung dan presiden. 100 hari ini makin membuktikan bahwa KIH seperti tidak siap melihat pergerakan politik pemerintahan yang jalankan oleh Jokowi-JK dalam memimpin pemerintahan.

Dalam konteks ini Heri melihat ada beberapa alasan sebagai pemidunya. Pertama, bisa saja Jokowi sudah mulai meninggalkan partai pengusung dan lebih mempercayai orang-orang dekatnya. Kedua, koordinasi dan komunikasi KIH dan presiden lemah, karena struktur koalisi dan aturan main tidak disusun secara jelas, sehingga dalam perjalan kehilangan kendali. Ketiga, bisa saja polemik ini dimanfaatkan oleh orang-orang dalam KIH yang tidak puas dengan keputusan-keputusan Jokowi mulai penentuan kabinet sampai saat ini, untuk menyerang Presiden.

"Ini potensi konflik yang luas, jika Jokowi tidak hati-hati bisa kehilangan dukungan politik. Nah akibatnya bisa berbahaya dan pintu pemakzulan bagi Jokowi. Jangan anggap enteng situasi ini, jika KIH marah khususnya PDIP dan bermanuver, maka berbahaya. Apalagi sumbu kecemburuan politik PDIP terhadap Nasdem yang lebih dominan sudah mengemuka ke publik,” ingatnya.

Heri menambahkan, dengan situasi sekarang, tidak akan mungkin presiden hanya didukung publik, tanpa didukung oleh kekuatan politik. Maka dari itu, Jokowi harus mengubah 180 derajat cara menghadapi partai dan membangun soliditas di KIH, khususnya dengan PDIP sebagai partai pendukung utamanya. "Saya melihat Jokowi baru merasakan sulitnya panggung politik nasional dan ternyata berat menghadapi pergerakan politik nasional yang sangat cepat berubah,” tutupnya.

Dalam diskusi publik bertajuk Evaluasi 100 Hari Pemerintahan Jokowi-JK di Jakarta, politisi PDIP Effendi Simbolon, menegaskan, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk melakukan pemakzulan terhadap Jokowi. "Jika ingin melakukan impeachment sekaranglah saatnya. Karena banyak celah yang bisa dilakukan," katanya.

Effendi bercerita, salah satu alasan dia begitu getol mengomentari sepak terjang Jokowi karena pria asli Solo itu memimpin Indonesia layaknya seorang Ketua LSM. Gaya Jokowi yang sering menafikkan keberadaan parlemen, tambahnya, bisa membuat DPR seperti tidak ada gunanya bagi pemerintah.

"Ya bubar saja DPR ini. Kami kan partner eksekutif, ya kita bicarakan di sini. Kita wibawa kan di sini. Jadi gayanya bukan gaya Presiden yang mandataris yang konstitusional, tapi lebih kepada gaya LSM. Ya, repot dong," sindirnya.

“Saya ingin sampaikan ini agar Jokowi sebagai Presiden kemudian melakukan pembenahan dan kembali ke khittah-nya. Sehingga, penyelengaraan negara, khususnya di eksekutif itu benar-benar di relnya dan sesuai dengan konstitusional.”

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(crl)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini