JAKARTA - Perayaan Imlek di Indonesia identik dengan musim hujan. Di sisi lain, hujan juga dianggap sebagai sebuah keberuntungan dan pembawa rejeki bagi masyarakat Tionghoa.
Menyambut Imlek, setiap keturunan Tionghoa punya cara masing-masing untuk memperingati tahun bari penanggalan China tersebut. Kendati demikian, pengalaman berbeda justru dirasakan oleh seorang mahasiswi bernama Michelle.
"Keluargaku multikultural, ayah beragama Budha merayakan Imlek, tetapi ibu seorang Muslim, dan saya mengikuti ibu. Sebagai keturunan Tionghoa, aku tetap merayakan Imlek, bahkan tetap dapat angpau," tuturnya kepada Okezone, belum lama ini.
Michelle mengaku, saat Imlek dia sudah tidak melakukan pantangan-pantangan atau sembahyang. Dia hanya mengikuti budaya yang diturunkan dari sang ayah.
"Paling bantu mengantar kue-kue sama minuman ke teman-teman mami sama papi. Kalau makanan yang harus ada di meja waktu Imlek itu mi medan, jeruk, sama kue keranjang," ujarnya.
Mahasiswa semester VI ini berpendapat, suasana Imlek cukup seru. Apalagi, di sekitar rumahnya saat Imlek terdapat barongsai yang berkeliling. Dia pun turut memberikan angpau kepada barongsai untuk memeriahkan suasana.
"Pokoknya yang aku harapkan saat Imlek itu hujan, biar rejekinya banyak. Air itu berkah dari Tuhan. Tetapi, semoga hujannya tidak berlebihan karena nanti Jakarta bisa banjir," ucapnya sambil tertawa.
Berbeda dengan mahasiswa lainnya, Michelle lebih mengharapkan hujan ketimbang angpau. Baginya, angpau kurang berkesan lantaran uang bisa habis dalam sekejap jika tidak digunakan secara bijak.
"Hujan itu Imlek banget, selain itu juga membawa rezeki. Kalau angpau tiap tahun kan pasti dapat," tandasnya.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
(rfa)
