Share

Prediksi Perekonomian Negara-Negara Asia di Tahun Monyet Api

Dedy Afrianto , Okezone · Selasa 09 Februari 2016 00:12 WIB
https: img.okezone.com content 2016 02 08 20 1307167 prediksi-perekonomian-negara-negara-asia-di-tahun-monyet-api-OwkUAPQFHn.jpg Ilustrasi (Foto : Business Insider)
A A A

JAKARTA – Beberapa pasar saham di Asia tidak melakukan kegiatan jual beli saham untuk merayakan tahun baru Imlek. Namun, bersamaan dengan perayaan tahun baru Imlek tersebut beberapa negara di Asia ternyata telah memiliki perkiraan dan resolusi untuk menghadapi Tahun Monyet Api.

Melansir CNBC, Selasa (9/2/2016), berikut adalah prediksi perekonomian beberapa negara di Asia pada Tahun Monyet Api.

1. India (Pertumbuhan Stagnan)

Pada akhir tahun lalu, India pernah diprediksi akan menggantikan posisi China sebagai ‘leader’ perekonomian Asia. Namun, perkiraan tersebut kini perlu dievaluasi kembali. Pasalnya, laju pertumbuhan PDB India pada kuartal terakhir tahun lalu turun dari secara quartal to quartal dari 7,4 persen menjadi 7,3 persen.

Berdasarkan data dari Moody's Analytics, meskipun tingkat pertumbuhan ekonomi India cukup tinggi, India masih memiliki gap negatif antara si kaya dan si miskin. Bahkan, Mizuho Bank memprediksikan ekonomi India tetap stagnan akibat sulitnya mengembangkan industri manufaktur di pasar Asia.

2. China (Pertumbuhan Kredit)

China memperkirakan jumlah uang beredar pada 2016 meningkat 13,8 persen year on year (yoy). Hal ini diprediksi akan berdampak pada pertumbuhan kredit di negara Tirai Bambu tersebut.

Prediksi ini bukannya tanpa sebab. Selasa lalu, China memutuskan untuk melakukan pelonggaran moneter. Sehingga, dengan mengacu pada total saham, aset likuiditas dalam perekonomian seperti kas, deposito, giro, serta indikator likuiditas seperti tabungan dan reksa dana, maka jumlah uang beredar diprediksi akan mengalami pertumbuhan yang akan berdampak pada meningkatnya pertumbuhan kredit.

3. Filipina (Perlambatan pada Sektor Industri)

Pada Desember tahun lalu, produksi industri di Filipina diperkirakan hanya tumbuh 1,5 persen. Pertumbuhan ini jauh lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya (month to month) yang mencapai 7,5 persen. Berdasarkan data dari Moody's Analytics, perlambatan sektor industri ini disebabkan oleh kekeringan yang melanda Filipina sehingga menyebabkan industri manufaktur makanan mengalami perlambatan produksi.

Untuk mencegah perlambatan pertumbuhan pada sektor industri, Bank Sentral Filipina akan mengadakan pertemuan untuk membahasa kebijakan moneter pada Kamis mendatang. Selain itu, Mizuho Bank mengharapkan bank sentral untuk mempertahankan suku bunga di level empat persen mengingat besarnya risiko arus modal yang keluar akibat volatilitas pasar global akibat rencana the Fed yang akan kembali menaikkan tingkat suku bunga.

4. Australia (Peningkatan Kredit Properti)

National Australia Bank (NAB) akan merilis data tingkat kepercayaan bisnis pada Selasa mendatang. Sehari setelahnya, NAB juga akan merilis data indeks keyakinan konsumen (IKK). Menurut AMP Capital, data ini dapat mencerminkan tingkat kerentanan di tengah gejolak pasar global.

Sedangkan pada bidang properti, Australia mengharapkan pengajuan kredit rumah meningkat setelah mengalami kenaikan 1,8 persen pada November lalu.(rai)

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(rhs)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini