JERUK jadi salah satu buah yang selalu tersaji di meja makan keluarga Tionghoa saat merayakan Imlek. Jeruk ternyata punya filosofi mendasar yang punya makna baik bagi masyarakat Tionghoa.
Ko Kusuma atau akrab disapa Ko Ayung selaku pengurus dari Klenteng Hok Tek Bio, Bogor, Jawa Barat mengatakan bentuk daging jeruk yang berbulir melambangkan manusia harus bisa hidup berdampingan.
"Isian jeruk butirnya ada yang besar dan ada yang kecil, maknanya manusia diciptakan beda-beda ada yang kaya ada yang miskin tapi alangkah baiknya kalau semua bisa hidup bersama tanpa melihat status sosial," jelas Ko Ayung kepada Okezone di Bogor.
Makan buah jeruk saat Imlek berarti mengingatkan untuk selalu berbuat baik kepada sesama. Tak pandang bulu baik si kaya atau si miskin.
Pria ramah berwajah oriental ini juga menjelaskan, masyarakat Tionghoa tidak pernah diajarkan untuk sombong dan memandang orang dengan pilih-pilih. Leluhur selalu mengajarkan untuk mengedepankan kebersamaan.
"Apalagi Indonesia punya slogan Bhineka Tunggal Ika, memang seharusnya tidak ada perbedaan," tutupnya diselingi senyum ramah.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
(ndr)