Share

Medan Prijaji, Surat Kabar Pertama Milik Pribumi

Feri Agus Setyawan , Okezone · Selasa 09 Februari 2016 10:32 WIB
https: img.okezone.com content 2016 02 09 337 1307616 medan-prijaji-surat-kabar-pertama-milik-pribumi-OULWotOceV.gif Foto: Istimewa
A A A

JAKARTA – Kemunculan surat kabar di bumi nusantara sudah terjadi sejak masa penjajahan kolonial Belanda. Namun, surat kabar itu dimiliki oleh pemerintah Belanda, yang sudah barang tentu hanya memuat kepentingan kolonial ketika itu. Sebut saja Kort Beiricht Eropa, Bataviase Koloniale Courant.

Baru lah pada medio Januari 1907, terbit surat kabar mingguan ‘Medan Prijaji’ yang dipimpin Raden Mas Tirto Adhi Soerjo. Medan Prijaji menjadi surat kabar pertama milik pribumi ketika itu dan menggunakan bahasa melayu dalam setiap terbitannya.

“Saya pikir tidak ada yang lain, selain Medan Prijaji. Itu lah yang benar-benar pribumi yang memiliki modal, menerbitkan koran dengan bahasa melayu. Meskipun pemimpin redaksinya, Tirto bahasa Belanda-nya sempurna, tapi dia menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa koran,” kata Mantan Kepala Penelitian Pengembangan (Litbang) Kompas, Daniel Dhakidae kepada Okezone.

Sebelum menerbitkan Medan Prijaji, Tirto bersama H.M. Arsad dan Oesman mendirikan dulu badan hukum bernama N.V. Javaansche Boekhandel en Drukkerij en handel in schrijfbehoeften. Penerbitan itu sendiri bertujuan untuk memberikan penyuluhan hukum bagi pribumi yang diberlakukan tidak adil oleh Belanda.

“Dia (Medan Prijaji) memang untuk memajukan middle class pribumi. Artinya perannya benar-benar untuk kepentingan prijaji. Dia juga memberitakan kepentingan rakyat pada umumnya, lalu berita yang tak dimuat oleh koran Belanda, itu dimuat oleh Medan,” ujarnya.

Pesatnya perkembangan Medan Prijaji membuat keputusan Tirto untuk menerbitkannya secara harian, yang dimulai pada 5 Oktober 1910. Penerbitan secara harian ini mendapat sambutan baik dari pembacanya ketika itu dan mampu bersaing dengan koran terbitan milik Belanda.

Namun, masa hidupnya Medan Prijaji tak terlalu lama. Surat kabar yang mengedepankan kepentingan pribumi itu terbit terakhir pada 3 Januari 1912 dan pada 23 Agustus 1912 Medan Prijaji pun ditutup. Menurut Daniel, singkatnya usia Medan Prijaji lantaran isi surat kabar itu selalu berseberangan dengan pemerintah kolonial saat itu.

“Karena Tirto ini memang artinya idealismenya ini untuk kemajuan pribumi, dia pembela pribumi dan dengan posisi itu kan dia sering sekali bersinggungan denga pemerintah kolonial Belanda. Jadi penyebab utamanya itu, melawan kebijakan kolonial,” terang dia.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(sus)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini