PENAMPILAN apik bersama Ajax Amsterdam dan Hamburg SV membuat Rafael van der Vaart digadang-gadang akan menjadi salah satu pemain dan megabintang Belanda yang sangat sukses di masa depan. Ketertarikan Real Madrid membawanya ke Santiago Bernabeu pada 2008 diyakini semakin dapat menyukseskan karier Van der Vaart.
Tak heran mengapa ekspektasi pada Van der Vaart begitu besar. Pasalnya, sejumlah penghargaan pribadi pernah diraihnya usai tampil impresif bersama Ajax. Gelar European Talent of the Year 2002 dan Golder Boy Award 2003 adalah dua di antaranya.
Sayangnya, kenyataan yang ada berbeda dari harapannya. Semenjak pindah dari Hamburg ke Madrid, Van der Vaart gagal meneruskan sinarnya. Produktivitas tinggi yang ditunjukkannya bersama Ajax dan Die Rothosen –julukan Hamburg– gagal diulangi bersama El Real.
Diharap bisa bertahan lama dengan Los Blancos, pemain yang pada hari ini, Kamis 11 Februari 2016, berulang tahun ke-33 itu hanya bisa dua musim bermain di Santiago Bernabeu. Pada bursa transfer musim panas 2010–2011, Madrid memilih melepasnya ke salah satu klub Premier League, Tottenham Hotspur.
Van der Vaart memulai petualangannya di Premier League dengan meyakinkan. Pemain berkebangsaan Belanda itu seperti dapat menemukan kembali ritme permainannya hingga produktivitas golnya pun cukup baik.
Namun di tengah penampilan apiknya bersama Spurs, Van der Vaart tiba-tiba memutuskan hengkang pada bursa transfer musim panas 2012–2013 untuk bergabung dengan klub terdahulunya yakni Hamburg. Alasannya, VdV kesal saat tahu pelatih anyar Spurs saat itu, Andres Villas-Boas, tidak akan menjadikannya pilihan pertama dalam skuad.
Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya