Share

AS-Rusia Sepakati Gencatan Senjata, Presiden Suriah Ngeyel

Randy Wirayudha , Okezone · Sabtu 13 Februari 2016 02:52 WIB
https: img.okezone.com content 2016 02 13 18 1311010 as-rusia-sepakati-gencatan-senjata-presiden-suriah-ngeyel-rOKGHjtxQa.jpg Presiden Suriah, Bashar Al-Assad (Foto: Reuters)
A A A

DAMASKUS – Pembicaraan selama berjam-jam antara Amerika Serikat (AS) dan kawan-kawan (Dkk), serta Rusia, akhirnya berujung deal alias kesepakatan untuk mengadakn gencatan senjata di Suriah.

Baik AS maupun Rusia juga “kompak” untuk sama-sama mencari solusi konflik di Suriah, bukan dengan jalan militer, melainkan duduk bersama di meja negosiasi.

Hal ini juga disambut hangat HNC (High Negotiation Committee), forum yang mewakili oposisi Suriah, kendati operasi pengeboman masih bakal tetap dilakukan terhadap kelompok teroris Front Al-Nusra dan ISIS.

Akan tetapi, nampaknya hal itu takkan dituruti Presiden Suriah, Bashar al-Assad, lantaran masih merasa pasukannya yang selama ini didukung serangan udara Rusia, berada di atas angin setelah kemenangan gemilang di sejumlah front.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Seolah ‘ngeyel’, Assad merasa gencatan senjata antara pasukannya dengan kubu oposisi dan teroris, tak mesti dituruti. Assad masih keukeuh ingin merebut setiap jengkal wilayah Suriah yang saat ini masih dikuasai oposisi maupun ISIS.

“Kami mendukung pembicaraan damai, tapi itu bukan berarti kita harus berhenti memerangi terorisme,” cetus Assad di Damaskus, sebagaimana dilansir ITV, Sabtu (13/2/2016).

“Terlepas dari apa yang tidak dan bisa kami lakukan, target inilah (merebut kembali semua wilayah Suriah) yang kami ingin capai tanpa diragukan lagi. Tak masuk akal buat kami untuk mengatakan, bahwa kami akan merelakan satu pun wilayah kami,” lanjutnya.

Assad juga menyatakan, konflik di Suriah sudah akan bisa diselesaikan dalam jangka waktu setahun, jika rute suplai kubu oposisi dari Turki, Yordania dan Iran diputus. “Jika tidak, solusi konflik akan memakan waktu yang lama dan harganya akan mahal sekali,” sambung Assad lagi.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini