Share

Ini 7 Tanda Anda Mencintai Orang yang Salah

Agregasi Majalah Popular, Jurnalis · Kamis 05 Mei 2016 17:15 WIB
https: img.okezone.com content 2016 05 05 196 1381235 ini-7-tanda-anda-mencintai-orang-yang-salah-LnEjVCQosv.jpg foto: ilustrasi
A A A

JAKARTA - Manusia berubah seiring dengan apa yang terjadi di sekelilingnya. Jadi nggak heran kalau kompromi sangat penting dalam suatu hubungan. Jika salah satu tetap keras mempertahankan kehendak, ya sulit hubungan itu jadi bagus.

Sama halnya kalau salah satu tetap punya pikiran negatif seperti ‘Kamu nggak beneran cinta sama aku’, ya apapun yang dilakukan pasangannya pasti selalu nggak akan dianggap tanda cinta atau sayang.

Dengan kata lain: apapun yang dilakukan pasangan sekecil apapun, pasti nggak akan dianggap ‘sesuatu’. Wong cowok kalau cinta kan nggak kayak radio rusak yang puterin lagu-lagu gombal terus-menerus!

Kita mencintai orang yang salah – karena orang tersebut nggak pernah bisa melihat hal yang baik hingga perbuatan baik yang kita lakukan buat orang tersebut. ‘Orang yang salah’ juga berarti orang yang nggak bisa mengerti pola pikir kita, meski isi pikiran kita sesimpel aksi kasih uang ke pengemis yang nggak bisa dimengerti si dia.

Si dia pasti akan selalu berkeras ‘Buat apa kasih pengemis yang sehat-bugar?’ – padahal maksud baik kita sederhana: ‘Pengemis minta uang, kita kasih’. Simpel. Lalu bagaimana kita bisa tahu kita jatuh hati dan membina hubungan dengan orang yang salah? Demikian Popular-World sajikan.

Apakah sekeliling kita tak masalah?

Jika orang-orang di sekeliling kita dengan senang bertanya ‘Eh, si dia kok nggak diajak?’ berarti si dia sudah diterima dengan baik oleh teman dan keluarga kita. Tapi jika pertanyaan tersebut nggak keluar dari mulut orang-orang terdekat kita, ya berarti orang-orang tersebut nggak bisa ‘masuk’ dengan si dia. Demikian Alain de Botton, penulis buku The Course of Love.

Sulit jadi diri sendiri

Pas lagi ngobrol dengan dirinya, kita selalu jadi orang yang berbeda. Bisa jadi marah-marah terus atau jika kita sedang diam, si dia malah komplen ‘Kalau lagi sama aku, kamu jangan diam gitu dong!’ – Lho, jadi harus ngomong terus kayak radio rusak? Padahal bisa saja kita sedang asyik baca majalah atau sedang browse artikel politik di ponpin – bukan karena memang kita sengaja untuk diam pas lagi sama si dia.

Tidak dihargai

Ya, seperti yang tadi sudah dikatakan di atas, perbuatan yang baik dari kita nggak pernah dianggapnya. Bukan berarti kita minta untuk dihargai gila-gilaan, minimal si dia ngeh dengan hal itu dan ngeh juga kalau ada hal-hal baik dari diri kita. Ini termasuk perkataan wejangan yang kerap kita kasih ke si dia yang nyatanya nggak pernah didengar atau dipikirkannya.

Berjarak

Maksudnya: secara emosi si dia dan emosi kita sangat berjauhan. Nggak konek. Banyak yang ingin kita lakukan tapi baru saja beberapa aksi kita lakukan, eh, si dia sudah nggak enak raut wajahnya dan ngomong seenaknya tanpa menerima apa yang kita lakukan. Berjarak ini juga bisa berarti: si dia mengangkat poin masalah kecil jadi besar padahal si dia tahu kita sedang punya problem besar yang butuh konsentrasi. Pendeknya: si dia nggak jaga emosi kita. Serem, kan?

Pendengar yang baik

Jika enam bulan atau setahun pertama si dia sudah terlihat nggak bisa dengarkan (menerima) apa yang kita bicarakan, sudah jelas si dia adalah sosok yang egois dan berambisi kalau dirinya lah pusat dari hubungan. Kalau memang si dia cinta dan sayang ke kita, apapun yang kita omongkan meski itu hal sepele, si dia pasti ingat. Jangan sampai kita baru sadar si dia pendengar yang buruk bertahun-tahun kemudian, setelah lewati perselisihan dan putus-nyambung-putus-nyambung yang nggak kehitung lagi – waktu usia kita jadi sia-sia!

Pamrih

Jika tadi sudah disinggung tentang saling memberi-saling menerima, nah, poin tersebut bisa menunjukkan apakah si dia orang yang tepat atau tidak jadi pasangan hidup. Caranya? Perhatikan baik-baik, apakah ada perkataan mulutnya yang bilang ‘Sudah capek-capek aku begini-begitu ternyata semuanya sia-sia aja’. Ya, memang nggak ada cewek sempurna bak malaikat di dunia ini, tapi setidaknya kalimat seperti itu nggak mesti keluar dari mulut seorang pasangan. Kenapa? Karena kita bukan Tuhan yang bisa bikin semuanya jadi enak dijalani. Ya, nggak?

Ngobrol nggak enak

Pastinya ini jadi poin yang sangat-sangat lah esensial. Lagi enak-enak ngobrol tentang sesuatu eh, tahu-tahu muka si dia nggak enak, ngambek, pundung. Ujungnya obrolan pun jadi nggak enak alias basi. Padahal nggak berantem lho! Ternyata si dia adalah tipikal orang yang mengolah semua bahan obrolan diukur ke dirinya sendiri. Jadi semua bahan obrolan cenderung dianggapnya sebagai ‘senjata’ untuk bikin dirinya jelek. Hah? Alam semesta berpusat ke si dia dong? Tuhannya dimana? Jualan rujak?

Akhirnya, kita ngeh hubungan asmara punya masa suram dan masa cerahnya dan semua perselisihan bisa selesai seiring waktu. Tapi jika usaha demi usaha untuk mengatasi perselisihan bikin kita lelah karena poin perselisihannya itu-itu lagi, bisa jadi kita stuck dengan orang yang salah.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(amr)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini