Share

Suparma Bidik Penjualan Rp2,1 Triliun

Koran SINDO , Jurnalis · Kamis 26 Mei 2016 13:48 WIB
https: img.okezone.com content 2016 05 26 320 1398269 suparma-bidik-penjualan-rp2-1-triliun-iWCDHTYNuI.jpg Ilustrasi : Okezone
A A A

SURABAYA – PT Suparma Tbk tahun ini memproyeksikan nilai penjualan sebesar Rp2,1 triliun atau naik dibanding realisasi penjualan tahun lalu sebesar Rp1,6 triliun. Total laba yang ditargetkan dari perusahaan kertas dan tisu yang berada di Jalan Mastrip tersebut mencapai Rp58 miliar.

Direktur PT Suparma Tbk Hendro Luhur mengatakan, guna mencapai target tersebut, pihaknya terus meningkatkan kualitas produk. Ada tiga jenis produk andalan yang dijual di pasaran, yakni duplex, kertas cokelat (bungkus makanan), dan tisu. Dari ketiga jenis produk itu, penjualan terbesar yakni 50 persen dari duplex, lalu 30 persen dari kertas coklat dan 20 persen dari tisu. “Tahun ini kami yakin daya beli masyarakat akan membaik.

Selama tiga bulan pertama juga menunjukkan angka penjualan yang menggembirakan,” katanya. Hendro menambahkan, peningkatan target nilai penjualan itu juga berbanding lurus dengan kenaikan volume produksi. Tahun ini emiten berkode SPMA itu produksinya mencapai 238 metrik ton atau naik dibanding tahun lalu sebesar 230 metrik ton. Menurut dia, tahun lalu merupakan tahun yang sulit.

Ini disebabkan lesunya perekonomian global yang berdampak pada turunnya daya beli masyarakat. Di samping itu, dolar Amerika Serikat (USD) juga terus menguat. “Hampir 60 persen bahan baku kami dari impor dan itu menggunakan dolar. Akibatnya, kami terpaksa menanggung kerugian akibat selisih kurs. Tapi saat ini rupiah sudah mulai menguat,” ucapnya.

Hendro mengatakan, untuk pasar, hampir 90 persen produksinya masuk pasar dalam negeri. Di pasar dalam negeri, 90 persen produk didistribusikan untuk pasar di Pulau Jawa. Dari total penjualan di dalam negeri, 70 persen disumbang dari pasar Jawa Timur (Jatim), sisanya baru Indonesia bagian timur. Di Indonesia bagian timur, ada agen penjualan sendiri yang menggunakan sistem beli putus.

“Kami belum masuk pasar Jawa Tengah dan Jawa Barat. Biaya transportasinya mahal. Kalau biaya transportasi mahal, tentu akan berpengaruh pada harga jual di tingkat konsumen,” imbuhnya. Untuk sektor, Suparma fokus menggarap pasar hotel, restoran, dan kafe. Pasar ini dianggap cukup potensial karena ketiga sektor itu pasti membutuhkan kertas, khususnya tisu, untuk pelayanannya pada tamu atau pelanggan.

Selain itu, Suparma menggarap segmen pedagang kaki lima (PKL), terutama warung. Diketahui, para PKL yang berjualan makanan ini tentu menyediakan nasi bungkus. Bungkus makanan itu yang menjadi incaran bisnis. “Selama tiga bulan pertama, tahun ini menunjukkan ada peningkatan konsumsi di masyarakat sebesar 20 persen.

Untuk triwulan selanjutnya kami memprediksi tetap ada peningkatan yang kisarannya 25 persen,” pungkasnya. Sementara itu, Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) memproyeksikan, produksi bubur kertas (pulp dan kertas) nasional tahun ini tumbuh 6 persen. Hal ini disumbang dari beroperasinya dua pabrik pulp dan kertas baru.

“Kami minta pemerintah dapat menjaga kondisi iklim usaha dalam negeri kondusif. Misalnya, memastikan bahan baku tersedia. Ini faktor penting menjaga produksi harga pulp dan kertas Indonesia stabil,” kata Wakil Ketua Umum APKI Rusli Tan.

Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(rai)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini