Share

Warga Yogya Gelar Refleksi 10 Tahun Gempa Bumi

Markus Yuwono , Sindoradio · Kamis 26 Mei 2016 23:16 WIB
https: img.okezone.com content 2016 05 26 510 1398840 warga-yogya-gelar-refleksi-10-tahun-gempa-bumi-M4XX0lQfWr.jpg Refleksi Gempa Yogya (Foto: Markus Yuwono)
A A A

YOGYAKARTA - Untuk mengenang 10 tahun gempa Yogyakarta, ratusan masyarakat Kabupaten Bantul, Yogyakarta menggelar refleksi 10 tahun gempa yang menewaskan ribuan orang dan ratusan ribu rumah rusak pada 27 Mei 2006.

Rencananya, acara yang dilaksanakan di tetenger atau berada sekira 300 meter dari titik episentrum gempa bumi di tempuran Sungai Oya-Opak di Dusun Potrobayan, Desa Srihardono, Kecamatan Pundong akan dihadiri Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Sayangnya, gubernur memiliki acara di waktu bersamaan di Jakarta. Acara hari ini di pimpin oleh Bupati Bantul Suharsono.

Sebelum memulai refleksi gempa, Bupati Bantul meresmikan prasasti atau tetenger Titik Episentrum Gempa 27 Mei 2006.

Bupati Bantul Suharsono mengungkapkan, saat ini mayoritas warganya sudah sadar berada di daerah rawan gempa. Meski demikian, peringatan seperti ini harus tetap dilakukan untuk mengingatkan anak cucu tentang peristiwa yang terjadi.

"Anak-anak akan tahu dengan sendirinya (tentang bahaya gempa). Ini bisa menjadi edukasi," katanya Kamis (26/5/2016).

Ia mengatakan, saat penanganan gempa 2006 belum ada koordinasi yang baik. Seperti lambatnya evakuasi dan penanganan korban. Sehingga berkaca dari kejadian tersebut, seluruh pihak tak terkecuali Pemkab telah banyak belajar. Tujuannya agar penanganan dampak bencana segera teratasi. Juga, penyaluran bantuan tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan warga.

"Waktu itu semua panik," katanya.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Dwi Daryanto mengatakan, akibat gempa bumi 2006 lebih dari 4.000 warga tewas.

"Kombinasi antara ketidaksiapan, ketidaktahuan dan ketidakmampuan masyarakat terhadap bencana yang mengintai telah menyebabkan tragedi kemanusian," katanya.

Meski kehilangan sanak saudara dan harta benda. Warga Bantul tidak kehilangan modal kebangkitan yaitu kearifan lokal, yaitu local power, social power yang dikenal dengan 5 G yaitu guyub rukun, golong giling, gotong royong, greget semangat, gumregah gumregut.

Refleksi 10 tahun gempa bumi di Bantul diharapkan menggali semangat, pengalaman dan kebangkitan untuk semua pihak termasuk pemerintah ke depan dalam menghadapi bencana.

"Living harmony with risk dan mulat sarina hangrasa wani, rumangsa melu handarbeni, wajib melu hangrukebi," katanya.

Ia berharap, setelah adanya prasasti atau tetenger di pusat gempa nanti, pemerintah pusat maupun BNPB membangun museum gempa bumi di Bantul.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini