Share

Kesaksian Pejuang Cantik Kurdi Ungkap Kekejaman ISIS

Wikanto Arungbudoyo , Okezone · Jum'at 27 Mei 2016 23:02 WIB
https: img.okezone.com content 2016 05 27 18 1399793 kesaksian-pejuang-cantik-kurdi-ungkap-kekejaman-isis-64oHnB7nPX.jpg Joanna Palani meninggalkan studinya di Denmark untuk melawan ISIS (Foto: Joanna Palani/Instagram)
A A A

KOPENHAGEN – Salah satu perempuan pejuang Kurdi, Joanna Palani, mengungkapkan kekejaman yang dilakukan kelompok militan ISIS kepada para warga. Gadis cantik berusia 23 tahun itu sengaja meninggalkan kehidupannya sebagai seorang mahasiswi politik demi menumpas habis kelompok militan tersebut.

Joanna meninggalkan kehidupannya itu pada November 2014 dengan pergi ke Irak untuk memperjuangkan hak asasi manusia bagi semua orang. Perempuan asal Kopenhagen, Denmark, tersebut menjalani masa baktinya di Rojova, Suriah.

Perempuan yang telah satu tahun di garda terdepan pasukan Kurdi, YPG, itu banyak menemui kekejaman yang dilakukan kelompok militan ISIS. Salah satunya adalah pada 2015 ketika dirinya melihat sebuah desa penampungan budak seks bagi ISIS di Mosul, Irak.

Salah seorang korban yang masih berusia 11 tahun tewas setelah diperkosa berkali-kali hingga hamil dua bayi kembar dalam kandungannya. Remaja tersebut tewas karena hamil dalam usia yang terlalu muda.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

“Meski saya seorang pejuang, sangat sulit melihat bagaimana gadis berusia 11 tahun meninggal karena pendarahan akibat pemerkosaan,” katanya dengan sedih, seperti dimuat Daily Record, Jumat (27/5/2016).

Selain dengan ISIS, Joanna juga harus menghadapi pasukan pemerintahan Presiden Bashar al Assad. Jika militan ISIS selalu siap mengorbankan diri, pasukan Assad disebut Joanna memiliki cukup banyak persenjataan.

Selama bertugas di YPG, Joanna juga harus melatih pasukan pemula karena dirinya sudah cukup mahir menggunakan senjata sejak berusia sembilan tahun.

Joanna kini sudah kembali ke Kopenhagen, Denmark, untuk melanjutkan studi ilmu politik. Ia diberi tahu oleh pihak kepolisian bahwa paspornya sudah tidak berlaku. Jika Joanna kembali ke Suriah atau Irak, maka dia dapat dijatuhi hukuman hingga enam tahun penjara. Joanna sendiri menyatakan kecewa karena tidak bisa melatih para pejuang dan merawat para korban kekerasan seksual yang dia tinggalkan.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini