SINGAPURA - Pasar saham Asia dibuka melemah di tengah kekhawatiran tentang ekonomi China. Selain itu, potensi kenaikan tingkat suku bunga The Fed membuat investor global banyak menjual obligasi di kawasan Asia.
Beberapa pelaku pasar melihat capital outflow pada investasi asing di beberapa aset Asia sebagai reaksi yang berlebihan, mengingat kebijakan ini telah dibuat untuk mempertahankan pelarian modal sejak The Fed melakukan tappering pada 2013.
Tapi bagi investor lain, kegelisahan akan kebijakan The Fed telah meningkatkan kekhawatiran terkait volatilitas mata uang, dan kekhawatiran yang lebih luas tentang kesehatan ekonomi riil dari China.
"Jika Fed menaikkan suku bunga pada Juni, mungkin terjadi pada saat ekonomi China melemah, dan yang juga bisa berarti bahwa mata uang China mulai melemah lagi," kata kepala analis ekuitas Asia-Pasifik di HSBC, Herald van der Linde, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (31/5/2016).
"Dan ini bisa mengakibatkan skenario di mana indeks akan bergerak naik dan turun dan pasar bisa jatuh 5 sampai 10 persen," tambah dia.
indeks MSCI Asia Pacific, di luar Jepang, .MIAPJ0000PUS, naik 19 persen antara akhir Januari dan akhir April setelah The Fed memberikan isyarat dovish pada inflasi, dan stabilisasi harga komoditas dan berharap ekonomi China akan pulih.
Meskipun demikian, banyak manajer aset berharap pelemahan lebih lanjut di pasar negara berkembang. Saham China SSEC, adalah indeks dengan kinerja terburuk di kawasan itu, turun hampir 20 persen tahun ini.
Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
(mrt)
