Share

Cerita Mahasiswa Dampingi Peserta Difabel SBMPTN 2016

Iradhatie Wurinanda, · Rabu 01 Juni 2016 08:39 WIB
https: img.okezone.com content 2016 05 31 65 1402673 cerita-mahasiswa-dampingi-peserta-difabel-sbmptn-2016-7BRVTP3m8u.jpg Ilustrasi: suasana ujian tulis SBMPTN bagi peserta berkebutuhan khusus. (Foto: dok. Okezone)

JAKARTA - Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menjadi satu-satunya kampus di panlok 30 DKI Jakarta yang menyelenggarakan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2016 untuk peserta difabel. Di sana, terdapat 11 peserta difabel yang selama pelaksanaan ujian SBMPTN 2016 ditemani oleh masing-masing dua pendamping dari mahasiswa UNJ.

Mahasiswa yang dipilih sebagai pendamping peserta SBMPTN 2016 ternyata tidak sembarangan. Sebab, mereka merupakan para mahasiswa dari Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Luar Biasa.

"Satu orang bertugas membacakan soal ujian SBMPTN 2016 dan satu orang lagi bertugas mengisikan jawaban pada LJK dengan cara menghitamkan," terang salah satu pendamping bernama Arsi kepada Okezone.

Arsi menjelaskan, untuk menjadi pendamping peserta difabel SBMPTN 2016, terdapat beberapa hal yang wajib dipenuhi. Misalnya, orang yang dipilih mendampingi siswa tunarungu harus mahasiswa yang mahir menggunakan bahasa isyarat. Hal ini supaya para peserta tidak kesulitan dalam menangkap maksud pada soal.

"Karena mendampingi mereka bukan untuk membantu saja, tetapi memenuhi hak dan kebutuhannya," tutur mahasiswi semeseter delapan itu.

Sedangkan pendamping lainnya, Haikal sempat merasa kesulitan saat mendeskripsikan soal TKPA yang berbentuk gambar kompleks. Sedangkan para peserta difabel SBMPTN 2016 sendiri mendapatkan soal yang sama dengan peserta reguler lainnya, bahkan dengan durasi waktu pengerjaan yang sama, yakni dua jam.

"Soal mereka sama. Dan untuk peserta difabel soal penalaran gambar juga tidak timbul sehingga mereka sempat mencoba meraba. Tentu saja kami langsung memberi tahu bahwa lembar soal tidak timbul dan mendeskripsikan sedemikian rupa supaya mereka paham," paparnya.

Hal serupa juga terjadi pada peserta tunarungu. Sebab, soal cerita yang panjang membuat mereka cukup kebingungan. Salah satu pendamping, Zakiah menyebut, seharusnya untuk peserta difabel panitia menyediakan soal timbul atau digital yang mudah diakses peserta.

"Iya seharusnya soalnya timbul. Karena problem sebagian besar pada soal gambar yang rumit. Walaupun ada juga peserta tunanetra yang masih bisa melihat jika dengan ukuran besar sehingga pendamping harus menggambarkannya. Ada juga yang menyoroti soal dengan senter karena mereka mampu melihat jika terang. Tetapi terlepas dari itu semua, SBMPTN 2016 berjalan lancar. Kami juga berhasil menyelesaikan membacakan soal secara keseluruhan," jelasnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(rfa)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini