BEIJING – Kementerian Kesehatan dan Keluarga Berencana Nasional China mengumumkan bahwa obat antivirus (ART) bagi penderita HIV/AIDS akan digratiskan mulai tahun ini. Inisiatif terbaru itu segera menjadi kabar baik, setidaknya bagi 575 ribu penderita HIV/AIDS di negara berpenduduk lebih dari 1 miliar orang tersebut.
Meski demikian, penerimanya adalah mereka yang dengan sukarela menerima terapi kesembuhan sejak dini dari rumah sakit setempat. Sebab, perawatan itu akan membutuhkan waktu seumur hidup.
“Pusat pengobatan diharuskan tidak memaksa orang untuk menerima terapi ini,” demikian keterangan resmi pihak pemerintah, seperti dikutip dari China Daily, Sabtu (25/6/2016).
Menurut Direktur Kementerian Penyakit Menular di Rumah Sakit You An, di Beijing, pihak pusat terapi penderita HIV/AIDS terbesar di China menyatakan pengobatan sejak dini tentu berdampak lebih baik untuk kesehatan si penderita dan masyarakat secara keseluruhan.
Kebijakan itu patut disambut baik, apalagi sejalan dengan pedoman yang ditetapkan WHO pada tahun lalu untuk menekan jumlah penyebaran virus ini, terutama mencegah penyebaran virus kekebalan tubuh tersebut dari ibu ke anak.
Sebelumnya, anti-retroviral itu hanya diberikan secara cuma-cuma kepada penderita yang sekarat, termasuk mereka yang terancam pneumonia dan ensefalitis. Namun sekarang, semua bisa mendapat pengobatan gratis lebih awal. Ditegaskan, hal yang paling penting agar penderita sembuh benar adalah rutin menjalani perawatan.
Akan tetapi Xiao Bing, mahasiswa dari Universitas Wuhan di Provinsi Hubei, memprotes bahwa obat ART yang dikonsumsinya memiliki efek samping. Pemuda yang divonis menderita HIV pada Mei 2016 itu kesal karena kulitnya menjadi ruam setelah menjalani pengobatan.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
(Sil)
