JAKARTA – Keadaan 19 tahun silam masih terkenang baik oleh Ali Imron. Sepulang dari Afghanistan, darahnya masih mendidih lantaran dididik membenci Amerika Serikat. Maklum, sejak 1991, ia berguru secara langsung ke mendiang pendiri kelompok militan Al Qaeda yakni Osama bin Laden.
Mulai pemahaman agama, memanggul senjata, mengemudi tank, hingga teknik berperang ia pelajari langsung dari Osama, sosok teroris paling ditakuti dan dicari Amerika dan sekutunya.
"Saya baru balik ke Indonesia pada 1996, langsung cari toko bahan-bahan kimia, senapan api, sama amunisi. Kami membenci Amerika karena mereka menyerang Afghanistan," tutur Ali Imron saat mengisi ceramah di Masjid Al Fattah, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (28/6/2016).
Dengan nada meninggi, ia lalu mengenang masa-masa bergabung dengan kelompok teroris. Termasuk, pertemuannya dengan kedua kakak angkat seperguruan di Afghanistan, Muklas alias Ali Ghufron dan Amrozi. Mereka lalu merancang serangan bom bunuh diri pada awal milenium kedua. Terlebih pada 2001, Muklas sempat bertemu Osama dan dibekali USD30 untuk “berjihad” di Indonesia.
"Program kakak saya, Ali Ghufron alias Mukhlas. Pada 2001, dia ke Afghanistan. Dia ketemu Osama ke Kandahar. Pulang dapat USD30 untuk amaliah jihad," kata Ali Imron yang mengenakan peci putih dan kemeja abu-abu.
Berbekal USD30, Muklas lalu merancang pengeboman di sebuah tempat. Ali Imron mengungkapkan, kala itu masih belum mengetahui jika kedua kakak seperguruannya itu memilih Pulau Bali sebagai sasaran teror.
Ia baru tahu setelah diajak Amrozi ke sebuah rumah kontrakan di Solo, Jawa Tengah, pada Agustus 2002. Di rumah yang terletak jauh dari permukiman warga tersebut sudah ada sejumlah pria berani mati. Di antaranya, Imam Samudera dan Dulmatin.
Monumen bom Bali (Antara)
"Karena sudah ada uang, dia bikin perencanaan. Awalnya saya tidak tahu. Pertengahan Agustus (2002) diajak Amrozi ke Solo, baru Amrozi bilang perencaan bom Bali. Di kontrakan ada Dulmatin dan semua yang terlibat," kenang Ali.
Adu Mulut di Pembagian Tugas
Sebagai inisiator dan sosok sentral, Mulkas disebut dalang bom Bali yang meledak di kawasan Legian. Saat itu Ali Imron sempat menanyakan alasan pemilihan Bali sebagai sasaran aksi teror.
"Pada pertemuan itu, pembagian tugas. Kenapa harus Bali?" ucap Ali Imron sembari menunjukkan ekspresi bingung.
Namun, Muklas menjawab dengan tegas jika dirinya ingin membalas ke Amerika Serikat atas perbuatannya ke Afghanistan. Seolah tak puas dengan jawaban itu, Ali Imron pun kembali menanyakan bahwa yang berperang di Afghanistan ialah para tentara Negeri Abang Sam (AS). Pertanyaan itu pun memicu reaksi dari Muklas.
"Dia (Muklas) jawab karena kita mau membalas Amerika dan sekutunya karena menyerang Afghanistan. Saya protes, yang menyerang kan tentara. Kenapa ke Bali, apa hubungannya? Dia cuma jawab saya yang tanggung jawab," kenangnya tentang pertemuan malam itu.
Pertemuan di rumah kontrakan itu menghasilkan tiga skenario pengeboman dan seorang penanggung jawab lapangan; Imam Samudera. Skenario pertama, penyiapan sebuah mobil yang dilengkapi bom dengan hulu ledak mencapai 1 ton. Kedua, hulu ledak 50 kilogram disisipkan di sebuah sepeda motor untuk menambah daya ledak bom mobil.
"Ada tiga bom, mobil 1 ton, motor 50 kg, rompi 10 kg. Semua pakai bom bunuh diri. Imam Samudera pimpinan lapangan," ujar Ali.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya