Share

Kudeta Militer Pasukan Elite Kesultanan Ottoman Turki

Silviana Dharma , Okezone · Senin 25 Juli 2016 07:06 WIB
https: img.okezone.com content 2016 07 25 18 1445820 kudeta-militer-pasukan-elit-kesultanan-ottoman-turki-bu8He7VL6F.jpg Ilustrasi. Kesultanan Utsmaniyah di Turki. (Foto: Wikipedia)
A A A

KUDETA militer yang terjadi di Turki beberapa waktu lalu bukanlah yang pertama kali terjadi. Sebagaimana pernah diulas Okezone sebelum ini, upaya perebutan kekuasaan secara paksa di negara Eurasia itu memiliki rekam jejak yang panjang.

Jika diusut lebih jauh ke belakang, sejarah kudeta militer Turki bukan diawali pada 27 Mei 1960. Akan tetapi, pada masa berdirinya Kekaisaran Ottoman pun sudah ada. Kudeta dan pemakzulan itu terutama marak terjadi menjelang keruntuhannya pada abad ke-17.

Perlu diketahui bahwa kemonarkian Ottoman terbagi menjadi tujuh periode. Dimulai dari masa didirikannya oleh Emir Ertugrul Bey dan putranya, Osman Bey pada 1230-1299. Nama Kerajaan Ottoman diambil dari nama Osman yang berkuasa dari 1281 sampai 1299.

Berlanjut pada periode kebangkitan, yang mulanya masih dipegang oleh Osman Bey (atau Osman I). Disebut periode kebangkitan karena pada 27 Juli 1299, Osman I akhirnya bisa mendeklarasikan kemerdekaan sepenuhnya dari Kekaisaran Seljuk Anatolia.


Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Osman I berkuasa sampai akhir hayatnya dan digantikan putranya secara turun temurun. Saat itu Ottoman masa bersifat kerajaan, Istilah kesultanan baru muncul ketika cucu Osman, Murad I berkuasa (1362-1389).

Masa peralihan kekuasaan, di mana keutsmaniyahan Turki terpecah belah pernah terjadi Pada 20 Juli 1402 sampai 5 Juli 1413. Jika penguasa-penguasa sebelumnya bertakhta sampai ajal menjemput, atau mati di medan perang, pada era ini upaya penggulingan kekuasaan sudah mulai terjadi.

Setelah perang Ankara pada 20 Juli 1402 berakhir, Isa Celebi berhasil menduduki jabatan sebagai sultan di wilayah barat Anatolia dengan mengalahkan Musa Celebi. Sayang, kekuasaannya tak berlangsung lama, selang dua tahun, dia menuai karmanya di tangan Mehmed Celebi, sultan di kawasan timur Anatolia, dalam pertempuran Ulubat. Isa Celebi lalu tewas terbunuh pada 1406.

Kematian Isa, lantas memantapkan langkah Mehmed menguasai seluruh teritori Anatolia. Musa Celebi juga tewas ditangannya. Kekuasan Sultan Ottoman Mehmed I Khan bertahan lebih lama dari Isa, yakni 7 tahun.

Era Perkembangan (29 Mei 1453-11 November 1603)

Setelah masa peralihan kekuasaan yang agak membingungkan, Kesultanan Ottoman mengalami perkembangan pesat dari berbagai aspek. Era keemasan itu terjadi saat tampuk kekuasaan dipegang Sultan Suleiman Agung atau Suleiman I.

Perluasan wilayah besar-besaran terjadi. Ottoman diakui sebagai negara terkuat di dunia, imperium multinasional dan multibahasa yang mengendalikan sebagian besar Eropa Tenggara, Asia Barat (Kaukasus), Afrika Utara dan Tanduk Afrika.

Era Stagnan (11 November 1603-26 Januari 1699)

Namun begitu, setelah Mehmed III mangkat pada 1603, Kesultanan Ottoman mengalami masa stagnan. Tidak ada kemajuan berarti, meski perekonomian dan politik negara masih terbilang stabil.

Kondisi itu nyatanya tidak berlangsung lama, sultan-sultan pasca-Ahmed I tidak ada yang benar-benar kuat dan bisa menyatukan rakyatnya. Mustafa I yang meneruskan kekuasaan saudaranya, dilengserkan paksa karena menderita keterbelakangan mental.

Posisinya digantikan oleh keponakan laki-lakinya, Osman II. Namun kekuasaan sultan muda itu juga tidak menyenangkan. Pada momen inilah, kudeta militer pertama yang dimotori oleh pasukan elit rezim dinasti Ottoman (Yenisari) terjadi.

Berdasarkan catatan sejarah yang masih memicu polemik, sultan yang sebenarnya cerdik ini dihukum gantung atas perintah Wazir Agung (Perdana Menteri) Kara Davut Pasha. Setelah lebih dulu dibuat lemas oleh prajurit kavaleri yang mengompres buah zakarnya.

Ketika Sultan Ibrahim berkuasa pada 1640-1648, putra Ahmed I ini juga berakhir dimakzulkan dari jabatannya. Akan tetapi, berbeda dengan saudaranya (Osman II), Ibrahim dikudeta oleh sekelompok syekh Islam atau ulama di negaranya.

Ibrahim mati dicekik di Istanbul pada 18 Agustus 1648, atas perintah Wazir Agung Mevlevi Mehmed Pasa atau dikenal juga sebagai Sofu Mehmed Pasha.

Sultan-sultan yang lengser akibat dimakzulkan pada era stagnan ini, antara lain Mehmed IV pada 8 November 1687 karena membuat Ottoman kalah dalam Perang Mohacs Kedua. Lalu, Mustafa II digulingkan oleh Yenisari melalui upaya kudeta yang dikenal dengan nama Peristiwa Edirne pada 22 Agustus 1703.

Era Kemerosotan (26 Januari 1699-9 Januari 1792)

Banyaknya tragedi kudeta oleh militer dan ulama di negara yang mengedepankan kekhalifahan Islam ini, secara otomotis membawa Ottoman memasuki era kemunduran parah. Meski begitu, hanya ada satu sultan pada era ini yang mewariskan takhtanya dengan terpaksa. Yakni, Sultan Ahmed III yang dikudeta oleh Yenisari di bawah pimpinan Patrona Halil pada Oktober 1730.

Keruntuhan Turki Ottoman (9 Januari 1792-1 November 1922)

Kesultanan Turki pun memasuki era keruntuhan, di mana kudeta militer mewarnai hampir seluruh akhir masa jabatan para sultan yang berkuasa. Kudeta militer pertama dan terbesar di era ini menimpa Selim III, Putra dari Mustafa III.

Pada masa ini, Turki Otoman telah kehilangan banyak daerah kekuasaan. Selim III yang banyak terinsipirasi oleh revolusi Prancis berupaya melakukan pembaruan yang agak kebarat-baratan, termasuk merombak militernya pada 1805.

Reformasi yang diinginkan Selim III sayangnya tidak mendapat dukungan, Yenisari dan kaum konservatif Turki lantas marah dan melakukan pemberontakan. Di bawah pimpinan Kabakci Mustafa, para pendukung terkemuka dari reformasi dibunuh.

Kekuasaan selanjutnya beralih pada sepupunya Mustafa IV. Sultan yang satu ini memaafkan para pemberontak dan menjalin hubungan baik dengan Yenisari, hingga membubarkan tentara baru bentukan Selim III.

Hanya setahun mengecap manisnya bulan madu, Mustafa IV juga digulingkan oleh pemberontakan yang diketuai komandan militer sekaligus Wazir Agung Alemdar Mustafa Pasha.

Mahmud II lantas naik takhta pada 28 Juli 1808. Ia meninggal dalam damai, setelah membubarkan pasukan elit yang suka memberontak itu sebagai konsekuensi dari Peristiwa Auspicious pada 1826. Putranya, Abdulmecid I juga kecipratan masa damai.

Namun tidak demikian dengan Abdulaziz I, yang dimakzulkan oleh menteri-menterinya. Abdulaziz I ditemukan meninggal bunuh diri lima hari setelah digulingkan pada 30 Mei 1876.

Semakin maju, semakin para sultan tertarik mengadopsi sistem pemerintahan barat, yakni pemerintahan yang demokratis. Itu pula yang jadi cita-cita reformasi Mehmed Murad V, sayangnya tidak ada yang sepaham dengan dia. Sehingga dia dipaksa turun dari takhtanya pada bulan ketiga berkuasa.

Demikianlah sejarah kudeta militer pada era Turki Ottoman. Kesultanan Utsmaniyah ini akhirnya bubar akibat Perang Kemerdekaan antara Kesultanan kontra Pergerakan Nasional pimpinan Mustafa Kemal Ataturk.

Kekuasaan selanjutnya mengadopsi sistem parlementer lalu Republik. Islam masih menjadi agama utama, tetapi mulai mengalami pemisahan. Turki pun menjadi negara sekuler pada masa pemerintahan Ataturk.

1
4

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini