Share

Pertumbuhan Ekonomi Masih Lemah

Koran SINDO , Jurnalis · Selasa 26 Juli 2016 11:16 WIB
https: img.okezone.com content 2016 07 26 320 1446881 pertumbuhan-ekonomi-masih-lemah-5I1kV7TcBh.jpg Ilustrasi : Shutterstock
A A A

JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini diperkirakan masih lemah dan sulit menyentuh angka 5 persen. Meski demikian, laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dalam tiga bulan terakhir menunjukkan tanda-tanda perbaikan.

”Kalau kita lihat forecast berbagai lembaga, termasuk IMF dan Bank Dunia, revisi ke bawah selalu dilakukan. Polanya seperti itu. Kalau dari sisi Bank Mandiri, kita melihat pertumbuhan tahun ini sekitar 5 persen. Sekitar 5 persen ini bisa saja di bawah sedikit (dari 5 persen), meski lebih baik dibanding tahun lalu (4,79 persen),” kata Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan di Jakarta kemarin.

Target pertumbuhan yang dipatok oleh pemerintah sebesar 5,2 persen tahun ini menurutnya sulit dipenuhi. Anton tak menampik bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih bagus dibandingkan dengan negara-negara lain yang relatif setara seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura. Namun, secara urutan waktu, 5 persen bukanlah angka pertumbuhan yang cukup bagus.

”Kalau di bawah 5 persen, lemah menurut saya,” sambungnya. Anton menilai, sumber utama pertumbuhan PDB yaitu konsumsi rumah tangga masih belum pulih. Berbagai indikator konsumsi, seperti penjualan automotif, properti, dan konstruksi, masih lemah. Adapun, penjualan ritel yang baru-baru ini meningkat menurutnya belum bisa disimpulkan bahwa daya beli masyarakat sudah pulih lantaran peningkatan terjadi karena faktor musiman Lebaran.

”Selain itu, inflasi rendah itu juga cerminan weak economy . Bahkan, inflasi yang 4% itu terdorong ke atas karena volatile food. Kalau food policy pemerintah ini sudah berjalan mulus, inflasi akan rendah sekali, bahkan bisa dibilang cenderung mengarah ke deflasi yang menandakan pelemahan ekonomi,” ucap Anton. Sumber pertumbuhan lain, yakni investasi pemerintah maupun swasta masih sulit diandalkan.

Terlebih lagi kinerja ekspor di tengah anjloknya harga komoditas. Anton mengatakan, harga komoditas primer yang masih rendah akan menekan pendapatan negara yang digunakan untuk belanja negara. Padahal, belanja negara, terutama belanja modal bisa menjadi pemicu investasi swasta bergeliat.

Anton juga menyebut, rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) perbankan per Mei yang menanjak 20,37 basis poin menjadi 3,11 persen secara bulanan juga tak lepas dari lemahnya permintaan. Sementara, likuiditas yang semakin ketat juga justru dimanfaatkan oleh perbankan dengan menaruh sisa dana di Bank Indonesia (BI).

”Nah, apakah masuknya ekses likuiditas ini karena suku bunga atau deposit facility yang ditawarkan BI masih tinggi karena lebih besar dari cost of fund atau kenapa? Meskipun, saya tahu masalah ini lebih banyak dari sisi demand (kredit),” cetusnya. Kendati demikian, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, data ekonomi makro secara bulanan maupun kuartalan menunjukkan tanda-tanda penguatan.

”Sektor riil misalnya, di kuartal II tahun ini sudah menunjukkan pergerakan positif. Meskipun kalau melihat data year-on-year (tahunan), masih kelihatan ekonomi Indonesia belum terlalu meyakinkan,” terangnya. Mantan Gubernur BI itu pun mengatakan, kelanjutan perbaikan ekonomi amat tergantung dari situasi ekonomi dan kebijakan pemerintah dan BI ke depan merespons situasi tersebut.

Dia mencontohkan, otoritas moneter bisa saja kembali untuk menstimulasi ekonomi dengan memangkas suku bunga acuan atau BI Rate yang saat ini berada di posisi 6,5%. ”Jadi tergantung bagaimana (kebijakan) moneternya, fiskalnya, bagaimana deregulasinya, dan sebagainya.

Ada banyak hal,” imbuhnya. Darmin memahami bahwa Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi lebih dari 5 persen. Namun, dalam situasi seperti ini tidak mudah bagi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(rai)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini