SEMARANG - Salah satu siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 7 Semarang berinisial ZN, adalah seorang penghayat kepercayaan. Setiap hari, ia menaiki sepeda dari rumah ke sekolah yang berjarak sekitar 12 kilometer.
"Memang setiap hari dia (ZN) naik sepeda ke sekolah. Bapaknya pernah menawari sepeda motor, tetapi tidak mau," kata Sugiarto, ketua RT domisili ZN di kawasan Pedurungan Semarang, Selasa (26/7/2016).
Ia terpaksa tidak naik kelas gara-gara menolak mengikuti ujian praktik mata pelajaran pendidikan salah satu agama karena penghayat kepercayaan. Dan pihak sekolah berargumen, hanya pendidikan enam agama yang ada di kurikulum, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu.
Sugiarto menyatakan, dirinya mengenal ZN sebagai sosok siswa yang cerdas dan pintar, apalagi bisa sekolah yang dulu bernama Sekolah Teknologi Menengah (STM) Pembangunan Semarang yang tergolong favorit.
"Anaknya memang sederhana. Kakaknya dulu juga bersekolah di SMK Negeri 7 Semarang dan sekarang sudah lulus. Kalau kakaknya menganut agama Islam meski orang tuanya penghayat kepercayaan," jelasnya.
Dalam keseharian, keluarga pasangan suami istri T dan S itu juga dikenal sangat baik berinteraksi dengan warga, termasuk aktif dalam kegiatan warga, seperti peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus dan halal bihalal.
Hanya saja, khusus untuk perayaan keagamaan yang digelar warga sekitar, lanjut dia, yang bersangkutan, yakni orang tua ZN memohon izin tidak bisa ikut dan warga sekitar juga sudah sangat memahami.
Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya