Share

HARI SUMPAH PEMUDA: Transformasi Bangunan Ikrar Sumpah Pemuda

Tentry Yudvi, Jurnalis · Jum'at 28 Oktober 2016 15:13 WIB
https: img.okezone.com content 2016 10 28 406 1526876 hari-sumpah-pemuda-transformasi-bangunan-ikrar-sumpah-pemuda-ilIsHB5UP7.jpg Pigura Tokoh-Tokoh Sumpah Pemuda (foto: Tentry/Okezone)

RUMAH yang dijadikan sebagai tempat perumusan dan pengucapan ikrar Sumpah Pemuda II, ternyata sudah memiliki beberapa transformasi fungsi bangunan.

Bangunan yang berlokasi di Jalan Kramat 106 tersebut milik Sie Kok Liong yang berasal dari negeri Tiongkok. Kemudian, rumah ini mulai disewakan sejak sekolah STOVIA muncul di Batavia saat itu, dan banyak orang rantau yang datang untuk menimba ilmu.

Rumah ini memiliki lima kamar tidur, dua ruangan berkumpul, dan satu ruangan terbuka. Kenyamanan rumah ini membuat banyak pelajar saat itu berkumpul di sini, sehingga menjadi tempat nongkrong paling asik pada masa itu.

"Diceritakan kala itu, rumah inilah yang paling ramai di antara kosan lainnya," jelas Bakti Ari sebagai pemandu wisata Museum Sumpah Pemuda kepada Okezone.

Karena saking sering dijadikan tempat nongkrong, mereka kemudian menamai rumah ini dengan nama Indonesisch Clubgebouw kala itu dan semakin banyak mahasiswa yang pergi ke sini. Padahal kala itu, ada asrama STOVIA yang kini menjadi musuem Kebangkitan Nasional dijadikan sebagai rumah bagi pelajar juga namun tidak seasik di rumah ini.

Kemudian, 28 Oktober 1928 Sumpah Pemuda mulai diikrarkan dan seluruh penduduk setempat serta tentara Belanda juga menjadi saksi materi rapat yang dibahas saat itu.

"Ramai sekali itu sampai ke luar ruangan dan di luar jalanan juga sangat ramai," jelasnya.

Namun, seiring perkembangan zaman dan waktu, rumah ini menjadi sepi sejak mahasiswa sudah lulus dan kembali lagi ke tempat asal mereka.

"Setelah sepi, pemilik rumah kemudian menjadikan ini sebagai toko bunga," jelas Bakti.

Namun, toko bunga tidak berjalan lama. Pemilik pun mejadikan rumah ini sebagai hotel, dan semua kamar disulap menjadi kamar hotel kala itu.

"Hotel juga tutup, lalu rumah ini dibiarkan begitu saja sampai tahun 1972, dan disahkan oleh Ali Sadikin, jadilah Museum Sumpah Pemuda, dan banyak tamu yang datang seperti Soekarno dan Moh Hatta juga pernah ke sini," jelasnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(fid)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini