Share

Jonghyun 'SHINee' Tulis Surat Perpisahan Penuh Duka sebelum Bunuh Diri

Nur Kurniawati Ijabah , Okezone · Selasa 19 Desember 2017 14:18 WIB
https: img.okezone.com content 2017 12 19 33 1832722 jonghyun-tulis-surat-perpisahan-penuh-duka-sebelum-bunuh-diri-gWid6PC12o.jpeg Jonghyun SHINee. (Foto: Koreaboo)
A A A

SEOUL - Hari ini (19/12/2017), penyanyi Nine9 dari Dear Cloud, merilis surat perpisahan yang dikirimkan mendiang Jonghyun 'SHINee' sebelum kematiannya. Nine9 mengatakan, keputusannya mengunggah surat tersebut ke Instagram, dilakukan setelah mengantongi izin dari pihak keluarga.

"Ini adalah hal terakhir yang bisa aku lakukan untuknya. Dan aku yakin, almarhum sudah mempertimbangkan kenapa dia menitipkan surat itu kepadaku," ujarnya.

Nine9 memulai unggahannya dengan menuliskan, "Aku baru saja mengucapkan perpisahan dengan Jonghyun. Ketika aku melihat Jonghyun tersenyum di foto pemakamannya, aku masih merasa dia akan kembali dan tersenyum, seakan ini semua hanya mimpi."

(Baca juga: Hasil Investigasi Tegaskan Jonghyun 'SHINee' Tewas Bunuh Diri)

Dia menambahkan, akhir-akhir ini, Jonghyun sempat mengutarakan pemikiran terdalam dan tergelapnya, seakan hidupnya terasa begitu sulit. "Perasaan tak enak mulai menghinggapiku. Lalu, aku bilang kepada keluarganya (tentang curhatan itu) dan berusaha sebisaku untuk menenangkannya. Tapi pada akhirnya, aku hanya menunda waktu, bukan menghentikannya," imbuhnya.

Lebih lanjut Nine9 mengatakan, tak mudah baginya untuk memercayai bahwa Jonghyun sudah tiada. "Itu sangat pahit. Bahkan saat ini aku sangat takut dan tak yakin haruskah aku mengunggah semua ini? Tapi, Jonghyun secara pribadi memintaku untuk melakukannya," ujarnya.

"Jonghyun terkasih, aku sangat mengasihimu. Aku akan terus mencintaimu seiring berlalunya waktu. Aku berharap dan berdoa, di sana kau tak akan lagi merasakan kesakitan dan akan menemukan kedamaian."

(Baca juga: Sebelum Meninggal, Jonghyun Persiapkan Solo Comeback)

Berikut adalah detail surat perpisahan Jonghyun 'SHINee' sebelum kematiannya yang tragis. "Aku rapuh. Depresi yang perlahan menggerogotiku itu akhirnya menghancurkanku. Aku tak kuasa menahannya. AKu benci diriku. Aku berusaha untuk berpegangan pada kenangan dan meneriaki diriku untuk sadar. Tapi, tak ada jawaban."

"Jika tidak ada cara untuk melegakan nafasku yang begitu berat ini, lebih baik aku berhenti. Aku bertanya siapa yang akan bertanggung jawab padaku. Hanya kau. Aku sendiri. Mudah berucap kau akan mengakhiri semua ini. Tapi sebenarnya, sulit untuk mengakhirinya."

"Selama ini aku hidup dengan pergumulan. Kau bilang, aku ingin melarikan diri. Benar, aku memang ingin melarikan diri. Dariku. Darimu. Kau bertanya siapa yang ada di sudut sana. Aku bilang, itu aku. Dan aku bilang lagi, itu aku. Aku bertanya, kenapa aku selalu melupakan kenangan. Tapi kau bilang, itu karena kepribadianku. Aku tahu. Aku tahu, bahwa pada akhirnya semua salahku."



Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

"Aku berharap orang-orang menyadarinya, tapi (ternyata) tak ada yang tahu. Kau tak pernah bertemu denganku, jadi kau tak akan tahu aku di sana. Kau bertanya, kenapa harus (bertahan) hidup. Aku bilang, karena harus. Ya, karena harus. Semua orang orang hidup karena mereka harus hidup. Jika kau tanya kenapa orang mati, mereka harusnya menjawab karena lelah."

"Aku menderita dan tersiksa karenanya. Aku tak pernah belajar bagaimana mengubah kepedihan ini menjadi kebahagian. Kepedihan hanyalah kepedihan. Aku mencoba mendorong diriku untuk melewatinya. Kenapa? Kenapa aku selalu mencegah diriku untuk mengakhiri semua ini?"

"Aku diminta untuk mencari alasan kenapa aku merasakan kepedihan ini. Aku tahu alasannya dengan sangat baik. Aku terluka karena diriku. Ini semua salahku, karena aku memang terlahir seperti ini. Dokter, inikah yang ingin kau dengarkan? Tidak. Aku tak melakukan sesuatu yang salah. Ketika kau dengan suara tenang mengatakan kepadaku, bahwa semua itu karena kepribadianku, aku berpikir betapa mudahnya menjadi dokter."

"Ini menarik, betapa menyakitkannya ini bagiku. Orang-orang yang mengalami kepahitan lebih besar dariku, bahkan bisa melewatinya dan mereka baik-baik saja. Orang-orang yang lebih lemah dariku pun hidupnya baik-baik saja. Tapi kurasa itu tak benar. Di antara orang-orang di dunia ini, tak ada satupun yang  mengalami lebih parah dariku dan tak ada yang lebih lemah dariku."

"Tapi setidaknya aku bertahan hidup. Aku bertanya kepada diriku ratusan kali kenapa aku harus bertahan. Dan jawabannya bukan karena diriku, aku bertahan untukmu. Aku ingin melakukan sesuatu untuk diriku. Jadi berhentilah mengatakan sesuatu yang bahkan kau tak mengerti."

"Kau memintaku untuk mencari tahu kenapa aku mengalami masa-masa sulit. Aku bilang padamu beberapa kali. Apakah aku tak boleh merasa sedih hanya karena alasan-alasan itu? Apakah semuanya harus spesifik dan dramatis? Apakah aku harus memberikanmu jawaban yang lebih baik?"

"Aku telah memberitahumu, apakah kau mendengarkanku? Sesuatu yang bisa kau lewati tak akan meninggalkan bekas luka. Aku rasa, aku tak berniat untuk menantang dunia. Aku rasa aku tak berniat mengarahkan hidupku di bawah sorot publik. Itu kenapa aku bilang ini berat. Melawan dunia dan disorot publik. Kenapa aku harus membuat keputusan itu? Ini sangat menggelikan."

"Ini luar biasa aku bisa berjalan sejauh ini. Apalagi yang bisa kukatakan? Katakan saja, bahwa aku melakukan hal yang benar. Katakan bahwa aku cukup baik dan aku telah melewati banyak hal. Bahkan ketika kau tak bisa tersenyum saat menghantarkan kepergianku, jangan katakan ini kesalahanku. Kau melakukannya dengan baik. Kau telah melewati banyak hal. Selamat tinggal."

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini