JAKARTA - Indonesia tinggal sedikit lagi menjadi kiblat fashion muslim dunia. Belum lama ini, lima desainer Tanah Air menggelar fashion show dalam ajang London Fashion Scout yang diadakan selama pagelaran London Fashion Week di Freemansons’ Hall, Great Queen Street, London.
Lia Afif, salah satu desainer yang terlibat, mengaku bangga bisa membawa nama Indonesia sekaligus memperkenalkan budaya bangsa pada ajang tersebut. Seperti apa rancangan Lia dan teman-teman desainer lain? Ini lah cerita wanita asal Surabaya yang turut membantu perajin batik di Trenggalek itu kepada KORAN SINDO.
Bisa diceritakan bagaimana Anda dapat ikut dalam perhelatan London Fashion Week?
Kami dari Indonesia Modest Fashion Designer, saya, Jeny Tjahyawati, Tuty Adib, Ratu Anita Sofia, dan Aisyah Rupidah Chan, memasukkan kurasi untuk mengikuti event ini pada November 2017. Alhamdulillah lolos, masuk kurasi, lalu dikabari lagi pada Januari 2018. Dari situ kami mulai bersiap. Fashion Scout merupakan gelaran fashionshow internasional untuk desainer kreatif berbakat, yang merupakan ajang fashion show independen terbesar di Inggris.
Rancangan seperti apa yang Anda tampilkan di sana?
Kami dari Indonesia Modest Fashion Designer sepakat mengangkat wastra Nusantara. Saya mengangkat batik Trenggalek. Aisyah Rupidah Chan mengangkat tema Sikok, terinspirasi dari kebudayaan Kota Jambi lewat merek Darabirra. Rancangannya berupa koleksi busana syar’i yang menampilkan gaya elegan dan feminin. Tuty Adib membawakan tema Basiba. Ini merupakan busana tradisional Minangkabau, Sumatera Barat, yang menampilkan cutting unik dan modern. Ratu Anita Sofia membawa koleksi dari mereknya yang bernama Lentera dengan menampilkan kain jumputan Palembang. Jeny Tjahyawati menampilkan koleksi busana dengan bordir, manik-manik, dan swarovski berbentuk siluet A.
Mengapa Anda mengusung batik Trenggalek, apa ada alasan khusus?
Batik khas Trenggalek mempunyai aneka corak unik, yaitu motif cengkih, urian, manggis, dan jaranan turanggayaksa. Ke-15 model busana muslim yang disajikan pada ajang pekan mode London ini diambil dari perajin batik yang tersebar di wilayah Trenggalek.
Saya pribadi memang suka motifnya, bagus. Pilihan warnanya juga menarik perhatian saya. Unik, dengan warna alamnya. Ditambah pengerjaan yang rumit serta corak warna yang timbul dari warna alam membuat saya semakin terpikat untuk mendesain dan diikutkan ke dalam ajang London Fashion Week 2018. Kebetulan saya su ka was tra Nusantara yang menggunakan warna alam dan kita tahu pengerjaan warna alam sangatlah susah.
Adakah kerja sama dengan pemerintah daerah Trenggalek?
Iya, saling mendukung bersama istri Wakil Bupati Trenggalek Novita Hardiny. Kunci meningkatkan penjualan ritel, yaitu berjalan dengan kegiatan promosi. Maka itu, saat photoshoot, batik warna alam Trenggalek dipadukan dengan wisata heritage pabrik kopi Van Dilem di kaki Gunung Wilis. Kami terus mengeksplorasi wastra Nusantara karya perajin lokal.
Menjadikan karya ini kental nuansa etniknya yang juga didominasi garis atau bentuk geometris yang tegas, tapi tetap elegan. Saya bekerja sama dengan perajin lokal di Trenggalek. Desain mereka asli atau kuno yang sarat makna. Salah satu desain asli Trenggalek dari kesenian Turonggo Yakso yang merupakan asal nama Trenggalek.
Bagaimana kesan Anda bisa tampil di London Fashion Week 2018?
Amat sangat senang karena ini event besar di negara yang terkenal dengan fashion-nya
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya