Share

Masih Banyak Orang yang Salah Saat Memakai Batik, Maklum Belum Tahu Filosofinya

Agregasi Antara, Jurnalis · Senin 26 Februari 2018 15:58 WIB
https: img.okezone.com content 2018 02 26 194 1864919 masih-banyak-orang-yang-salah-saat-memakai-batik-maklum-belum-tahu-filosofinya-NvTpKyKe1g.jpg Ilustrasi Kain Batik (Dok Okezone)
A A A

YOGYAKARTA - Masyarakat Yogyakarta maupun wisatawan berkesempatan untuk mengenal lebih dekat batik koleksi Keraton Yogyakarta dan Puro Pakualaman yang dipamerkan di Taman Pintar Yogyakarta hingga 4 Maret.

"Setiap motif batik memiliki makna dan filosofinya masing-masing. Sayangnya, banyak masyarakat yang belum mengenal atau mamahami makna dan filosofi setiap motif batik," kata Putri Bungsu Keraton Yogyakarta GKR Bendara saat pembukaan pameran batik di Taman Pintar Yogyakarta, Senin (26/2/2018).

Oleh karena itu, ia berharap melalui pameran tersebut semakin banyak masyarakat yang memahami makna dan filosofi dari setiap motif batik sehingga dapat menghargai karya dari warisan budaya leluhur.

Saat ini, lanjut dia, masih banyak masyarakat yang belum tepat dalam mengenakan batik maupun mengaplikasikan motif batik. Misalnya, mengenakan batik bermotif parang barong saat berwisata ke Keraton Yogyakarta. "Padahal, motif tersebut hanya boleh dikenakan oleh keluarga keraton," katanya.

Filosofi mendalam dari motif batik, lanjut dia, juga dapat terlihat dari motif truntum yang digunakan oleh calon pengantin. "Biasanya, calon pengantin hanya memakai saja karena tidak mengetahui maknanya," katanya.

Padahal, lanjut dia, motif tersebut memiliki makna sebuah harapan dari orang tua agar anaknya memiliki suami yang selalu memberikan perhatian dan cinta.

Sementara itu, Permaisuri Paku Alam X, GKBRAy Paku Alam juga berharap agar pameran tersebut bukan merupakan pameran terakhir tetapi bisa menjadi pameran pertama yang diikuti pameran-pameran berikutnya.

"Siapa lagi yang akan menjaga warisan budaya ini jika bukan kita. Generasi muda harus bisa mengenal warisan budaya yang luhur ini," katanya.

Pada pameran tersebut, Keraton Yogyakarta menampilkan 14 lembar kain batik dan Puro Pakualaman menampilkan 12 lembar kain batik.

(Baca Juga: Mengenal Sejarah Batik Hingga Klaim dari Negeri Jiran)

Sejumlah kain batik koleksi Keraton Yogyakarta di antaranya adalah batik motif parang, kawung, serta batik sepanjang 10 meter dengan berat empat kilogram yang digunakan GKR Bendara saat pernikahan.

(Baca Juga: Pohon Raksasa Ditemukan di Hutan Kalimantan)

Batik yang digunakan sebagai dodot tersebut berlapiskan prada sehingga berwarna keemasan. Bahkan, proses pemberian prada harus dilakukan sangat hati-hati sehingga pembatik seolah-olah dilarang bernafas. Proses pembuatannya memakan waktu hingga satu tahun.

(Baca Juga: Pesona Pisau Batik Yogyakarta Tarik Perhatian Dunia)

Sedangkan batik koleksi Puro Pakualaman memiliki motif yang terinspirasi dari naskah-naskah kuno salah satunya Astabrata.

(Baca Juga: Dibalik Cantiknya Batik Genthongan Asal Madura Tersimpan Kisah Mistis)

Sementara itu, Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengatakan batik merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. "Perlu ada pemahaman mengenai batik dan bagaimana cara pemakaiannya yang benar," katanya.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(ful)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini