Share

7 Fakta tentang Stryrofoam yang Bikin Anda Tercengang

Renny Sundayani, Jurnalis · Rabu 28 Februari 2018 17:17 WIB
$detail['images_title']
Fakta Styrofoam (Foto: Istimewa)

PEMAKAIAN kemasan makanan berbahan busa polistirena atau dikenal dengan Styrofoam, masih menjadi isu hangat di Indonesia. Dua tahun terakhir, banyak pihak membahas tentang baik dan buruknya pemakaian kemasan ini. Dalam mempertimbangkan apakah kemasan ini adalah kemasan terbaik dari segi kesehatan, lingkungan, dan ekonomi, berikut adalah fakta-fakta yang perlu diketahui oleh masyarakat Indonesia.

1. Kemasan yang cocok untuk pengiriman makanan segar

Karena sifatnya yang kokoh, ringan, dan dapat “mengisolasi” dengan baik, kemasan ini cocok digunakan dalam pengiriman makanan segar. Kemasan berbahan busa polistirena dapat menahan dingin di dalamnya dalam waktu yang lama, sehingga dapat menjaga bahan makanan yang sensitif dengan perubahan suhu (temperature-sensitive) tetap segar. Itulah sebabnya mengapa pengiriman lobster segar kerap menggunakan kemasan ini.

2. Kemasan makanan paling ekonomis

Harga satuan kemasan ini biasa dibanderol sebesar Rp200-300. Untuk pedagang kaki lima, harga ini sangat ideal. Karena murah, mereka tidak perlu membebani konsumen. Beda halnya dengan di Bandung yang dalam 2 tahun terakhir diimbau untuk mengganti kemasan makanan ini dengan yang berbahan kertas oleh pemerintah setempat. Harga kemasan pengganti itu adalah Rp1600-2.000 ribu dan pasti dibebankan kepada konsumen. Hal ini berimbas dengan angka penjualan yang semakin menurun karena konsumen menjadi enggan membeli. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan pedagang kaki lima.

3. Hemat energi

Pembuatan produk dari busa polistirena mengkonsumsi energi jauh lebih hemat dibandingkan produk alternatif lain. Bahan ini 50% lebih hemat energi jika dibandingkan kemasan berbahan kertas yang dilapisi plastik dan 30% lebih hemat energi jika dibandingkan pembungkus makanan dari PLA (berbahan mentah jagung). Selain itu, proses produksi dari busa polistirena mengkonsumsi air jauh lebih sedikit dibandingkan sejumlah alternatif lain - empat kali lebih sedikit dibandingkan pembungkus makanan dari PLA. Kemasan busa polistiren bisa dua sampai lima kali lebih ringan dibandingkan kemasan kertas padanannya. Hal ini berarti mengurangi emisi karbon dioksida ke udara pada pengangkutan produk.

4. Aman bagi kesehatan

Pada bulan Januari lalu, para ahli, pelaku industri, dan perwakilan BPOM menjadi pembicara dalam Media Workshop “We Don’t Think Strawberry Cause Cancer – The Myth and Fact Behind Styrofoam Packaging”. Dalam kesempatan itu, Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran Institut Teknologi Bandung (ITB), Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D mengungkapkan “Masih banyak orang yang tidak dapat membedakan antara Stirena dengan Polistirena. Kedua zat ini ibarat karbon dan berlian. Seperti halnya karbon, stirena adalah zat kimia, sedangkan Polistirena selayaknya berlian yang terbentuk dari karbon, adalah hasil olahan dari stirena yang aman untuk digunakan.” Kemasan makanan yang berbahan busa polistirena mengandung 90-95% udara dan selebihnya adalah polistirena. Residu stirena yang terpapar ke makanan pun dalam batas yang sangat aman, yakni 10-45 ppm sedangkan batas standard aman BPOM & WHO adalah 5,000 ppm.

5. Bisa didaur ulang

Keberkelanjutan (sustainability) bagi lingkungan kini bukan dilihat kemudahan membusuk (biodegradability) suatu bahan tetapi dari siklus atau daur hidupnya yang lebih ramah lingkungan, mulai dari bahan baku, cara produksi, penggunaan produknya, sampai pendaur-ulangan sampahnya adalah yang paling sedikit memakan energi, tidak menimbulkan pemanasan global, dan sumber daya alam yang dipakai tidak berlebihan. Dari sisi penggunakan energi, kemasan makanan dari polistirena ini sangat hemat dalam proses pembuatan dan pemakaiannya; dan dari sisi pendaur-ulangan sampahnya juga punya potensi yang lebih baik, karena kemasan ini dapat didaur ulang (recycled) atau diperoleh ulang (recovery) menjadi barang baru seperti kemasan polistirena untuk elektronik, beton ringan dan absorber sulfur.

6. Kemasan Makanan yang sampahnya paling ekonomis

Dari timbunan sampah yang ada di Indonesia, sampah plastik dan kemasan makanan (termasuk polistirena) adalah yang paling dicari oleh para pemulung karena lebih bernilai ekonomis. Ini adalah hasil temuan yang didapat oleh Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D dan tim saat melakukan survei sampah di lebih dari belasan sungai-sungai besar di pulau Jawa.

7. Inggris, Jerman, Amerika, dan Kanada melegalkan styrofoam

Seperti layaknya di Indonesia, pemerintah Inggris, Jerman, Amerika, dan Kanada tidak melarang pemakaian kemasan makanan dari busa polistirena ini. Justru mereka membuat sistem pengolahan sampah yang sangat baik, untuk memastikan sampah kemasan ini dapat dipergunakan secara maksimal. Seperti di Inggris, terdapat 25 lokasi sarana daur ulang busa polistirena. Di Jerman, 98% dari kemasan busa polistirena yang dikembalikan ke tempat penampungan sampah didaur ulang. Di California, Amerika Serikat, 20% dari seluruh penduduknya memiliki akses daur ulang untuk kemasan jajanan makanan pinggir jalan. Satu di antara empat warga Kanada dapat mengakses layanan dinas kota untuk daur ulang busa polistirena, sedangkan untuk busa polistirene non food grade (untuk kemasan elektronik besar) satu di antara dua warga Kanada dapat mengakses layanan daur ulang dari pemerintah mereka.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(ren)