Share

Solusi Kemenkes Atasi Masalah TBC, Stunting dan Semua Anak Indonesia Dapat Imunisasi

Muhammad Sukardi, Jurnalis · Selasa 06 Maret 2018 19:24 WIB
$detail['images_title']
Ilustrasi (Boldglobal)

DALAM menunjang tercapainya Universal Health Coverage di Indonesia pada 2019, Kemenkes coba memfokuskan diri pada 3 masalah utama. Adalah Eliminasi TBC, penurunan Stunting, dan peningkatan cakupan dan mutu imunisasi.

Tiga masalah ini dianggap cukup krusial di Indonesia mengingat efek jangka panjang dari masalah ini tentunya akan memenaruhi kualitas hidup masyarakat. Menurut Menteri Kesehatan Nila Moeloek, tiga masalah ini diangkat karena pertimbangan potensi kasus yang jika tidak terantispiasi dengan baik maka akan memicu masalah baru yang memperkeruh keadaan.

Secara detail, ada alasan khusus kenapa masalah ini yang kemudian menjadi pembicaraan umum juga di Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) 2018 yang dilangsungkan pagi ini di ICE BSD, Tangerang, Selasa 6 Maret 2018.

TBC

Menurut data Kementrian Kesehatan, ketika kita bicara mengenai TBC atau tuberculosis, masalah ini bukan persoalan baru sebetulnya. Hingga saat ini TBC masih menjadi tantangan di Indonesia. "Perlu Anda ketahui, Indonesia menduduki peringkat kedua kasus TBC setelah India di dunia. Sesuatu yang tidak bisa kita banggakan," ungkap Menkes.

Lebih lanjut mengenai TBC ini, sebetulnya pada pertemuan Global SDGs, Menkes coba membahas tentang Ending TBC tingkat Menteri pada November 2017 di Rusia. Dari pertemuan itu, diketahui fakta bahwa 1.020.000 kasus baru TBC terjadi di Indoneisa dan baru sepertiga dari pasien ini terobati.

Dan upaya untuk mengatasi masalah ini, Kepala Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes Siswanto, menjelaskan ada beberapa solusi yang ditawarkan. Antara lain peningkatan deteksi dengan pendekatan keluarga, menyelesaikan under-reporting pengobatan TBC dengan penguatan PPM, meningkatan kepatuhan pengobatan TBC, perbaikan sistem deteksi MDR TBC (Klinik MDR TBC dengan jejaringnya), dan akses terapi TBC MDR, serta edukasi TBC pada masyarakat.

Tidak berhenti di situ, perbaikan perumahan dan pemenuhan tenaga analis peningkatan sensitivitas Dx (melalui NS indivisual) juga dianggap penting untuk dilakukan untuk mengeliminasi kasus ini di Indonesia.

Stunting

Kemudian, untuk masalah stunting atau kerdil, Menkes menyatakan bahwa masalah ini cukup penting dan masih banyak terjadi di Indonesia. Berdasar data Kemenkes, dari 100 balita di Indonesia, ada 12 balita yang wasting atau kurus, ada 30 yang mengalami stunting, dan 5 kegemukan. "Fakta ini pun mesti disadari betul untuk kemudian menyadari bahwa pentingnya pola asuh pada bayi itu sangat penting," ucap Menkes.

Bicara mengenai masalah ini lebih jauh, amanat Presiden Joko Widodo pada Rakerkesnas 2017 mengungkapkan bahwa pemenuhan gizi bagi generasi bangsa merupakan hal utama. Terkait masalah ini juga, kasus Asmat, Papua, menjadi pembelajaran bagi banyak pihak untuk kemudian menjamin kesehatan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

Intervensi dari berbagai lintas sektor pun perlu dilakukan untuk menurunkan angka stunting. Intervensi ini pun diketahui sudah ditetapkan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala BAPPENAS yang mana poinnya antara lain; a). tablet tambah darah untuk remaja puteri, calon pengantin, dan ibu hamil perlu diberikan secara terus menerus dan berkala, b). pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil, atau c) pemberian kelambu dan obat malaria.

Berlanjut ke program lainnya seperti d) promosi menyusui atau ASI eksklusif, e) promosi makanan pendamping ASI, f) bina keluarga balita, g) suplemen vitamin A yang memadai, h) pemberian obat cacing yang merata, i) suplementasi vitamin dan mineral (taburia), j) pemberian makanan tambahan untuk balita kurus, k) kegiatan posyandu yang semakin aktif, l) membentuk kawasan Rumah Pangan Lestari, m) program Keluarga Harapan, n) STBM, o) PAMSIMAS, p) SANIMAS, dan q) pendidikan awal usia dini.

Imunisasi

Kejadian luar biasa yang sempat ramai seperti Difteri, harusnya menjadi warning khusus bagi seluruh masyarakat Indonesia. Betapa pentingnya pemberian imunisasi bagi setiap anak. Sebab, sumber imunitas alami seperti ASI saja sudah dipatekan bahwa itu tidak bisa secara total menghentikan penyakit yan tergolong dalam pd3i atau penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi.

Makanya, penting bagi setiap pihak masyarakat untuk memberikan penekanan pada penanganan yang seksama terhadap kewaspadaan akan kemungkinan terjadinya perluasan antivaksin di indonesia. Tidak mau lagi kan ada kasus luar biasa?

Melalui Rakerkesnas ini, Kemenkes juga meminta kepada seluruh kepala dinas kesehatan baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota untuk mampu memetakan potensi kemungkinan timbulnya kasus luar biasa di wilayahnya. Tidak hanya itu, mereka juga diminta untuk mampu meningkatkan surveilans di daerahnya.

Terkait dengan solusi penyebaran vaksin secara merata ke seluruh wilayah di Indonesia, Kemenkes dan seluruh pihak terkait bakal melakukan peningkatan cakupan imunisasi, memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya imunisasi ini, dan melakukan advokasi pada pemimpin wilayah serta membangun sistem surveilans yang kuat untuk mendeteksi kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Ya, sekali pun jika bicara angka, penyebaran imunisasi di Indonesia sudah meningkat. Yaitu, pada 2015 hingga 2017, berdasar data Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, pada 2015 cakupan imunisasi secara nasional angkanya 86,5%, pada 2016 mencapai 91,6%, dan di tahun terakhir angka cakupan imunisasi mencapai 92,4%.

"Kami berharap, jika sesuai dengan rencana pada September 2018 nanti, seluruh anak Indonesia akan mendapatkan vaksin MR," ungkap Staf Ahli Kemenkes Bidang Pembiayaan Kesehatan dr. M. Subuh, MPPM.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(hel)