YOGYAKARTA - Bisnis warung soto di Yogyakarta dan sekitarnya sedang menjamur. Namun, ada satu warung yang tetap melestarikan keaslian kuliner khas Solo dan sangat ramah lingkungan, yakni Saoto Bathok Mbah Katro.
Saung bambu Saoto Bathok Mbah Katro yang dulu hanya satu kini sudah berjumlah belasan. Saung yang berderet di tengah pesawahan itu jarang sepi pelanggan, apa lagi pada akhir pekan. Menjelang sore, burung-burung akan bertengger dan terbang ke utara Candi Sambisari Kalasan. Saoto Bathok Mbah Katro menyajikan soto sapi sebagai menu utama.
Harganya hanya Rp5.000, tidak pernah berubah sejak 2015. Makanan pendamping menu utamanya juga cukup banyak. Pembeli dapat memilih sate telur puyuh, sate usus, tempe garit goreng, atau kerupuk kaleng. Selain itu, layanannya baik dan cepat. Seporsi soto sapi dapat tersaji dalam hitungan menit. Aroma kuahnya yang panas begitu wangi.
Setelah dikucuri perasan jeruk nipis, kuahnya terasa segar bercam pur gurih dan asin di lidah. Di dalam nya ada tauge, irisan daging, seledri, dan bawang goreng. Soto racikan Mbah Katro sangat berbeda dengan kebanyakan soto lain.
Selain tidak berlemak, kuahnya terlihat lebih bening. Warna kekuning-kuningannya tidak terlalu dominan mengingat rempah yang digunakan istimewa. Pembeli dapat menam bahinya dengan kecap atau sambal. Sambil menyeruput kuah soto, tidak lengkap rasanya kalau tidak mencicipi sate telur puyuh dan usus bumbu bacem, juga kerupuk.
Sate yang dihidang kan di mangkuk tanah liat itu terasa manis dan lezat. Bau khas kuning telurnya menempel di rongga mulut hingga kerongkongan. Selesai menyantap soto sapi di dekat Can di Sambisari, pembeli dapat memesan bermacam-macam minuman, mulai es teh manis hingga es jeruk.
Hanya, es jeruk yang KORAN SINDO kala itu pesan kurang terasa manis atau asam, mungkin karena takaran perasan jeruk, gula, dan airnya tidak pas. Dengan ukuran tempurung kelapa yang kecil, seporsi soto sapi Mbah Katro mungkin tidak dapat mengenyangkan perut, tapi cukup untuk menyegarkan pikiran dan menambah energi.
Didukung suasana alam yang begitu kuat dan jauh dari hiruk-pikuk perkotaan, tubuh juga terasa lebih rileks. Pembeli dapat bersantai di lesehan bertikar atau duduk di bangku bambu. Dari beberapa titik, pembeli bisa melihat Candi Sambisari.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya