Share

Menangkap Peluang Wisata Halal di Yogyakarta

Koran SINDO, Jurnalis · Senin 12 Maret 2018 11:16 WIB
https: img.okezone.com content 2018 03 12 406 1871234 menangkap-peluang-wisata-halal-di-yogyakarta-V6vc7i6aZx.jpg

MESKIPUN hanya sekitar 300.000 penduduknya yang beragama Islam, namun Taiwan memiliki lingkungan ramah bagi Umat Muslim. Tahun lalu Crescent Rating Global Muslim Travel Index (GMTI) menempatkan Taiwan di urutan ke tujuh tujuan wisatawan muslim untuk kategori negara non-Muslim. Wisatawan Muslim dapat dengan nyaman dan tidak perlu takut dengan masalah akomodasi dan makanan saat berwisata di Taiwan.

Untuk membuat para wisatawan muslim lebih nyaman pemerintah Taiwan juga membangun mushola dan toilet di taman-taman nasional Taiwan Bandara Internasional Taoyuan, stasiun kereta api Taipei, stasiun kereta api Kaohsiung, stasiun kereta api Hualian stasiun kereta cepat Taiwan Taichung, tempat istirahat jalan tol Kingsway dan juga banyak hotel yang menyediakan fasilitas untuk melayani wisatawan muslim.

Dalam fasilitas pelayanan restoran biro pariwisata Taiwan bekerjasama dengan asosiasi muslim Tionghoa dengan secara terus-menerus mempromosikan sertifikat halal muslim atau muslim friendlysejak awal 2017. “Biro pariwisata Taiwan juga mengajak para ulama internasional dan ahli dari perhimpunan muslim China untuk meninjau secara langsung dan merencanakan rute perjalanan khusus.

Serta membantu manajemen hotel tempat rekreasi dan restoran muslim yang terdapat di sepanjang rute tersebut untuk memperoleh sertifikasi halal bagi semua produk dan pelayanan yang mereka sediakan,” jelas Chou,Yung Hui Direktur umum Biro Pariwisata Kementrian Transportasi dan Komunikasi Taiwan.

Lalu Bagaimana dengan Indonesia? Semangat beberapa daerah di Indonesia untuk mewujudkan konsep wisata halal juga direspons positif pemerintah Kota Yogyakarta. Saat ini kajian dengan melibatkan berbagai stakeholder terus dilakukan.

Plt Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Yunianto Dwi Sutono mengatakan, pihaknya memang berusaha untuk menindaklanjuti konsep wisata halal. Selain karena beberapa daerah mengembangkan, ide untuk wisata halal di Yogyakarta juga sempat dilontarkan Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Purwadi.

“Kita sedang membuat kajian, sebagaimana gagasan bapak Wakil Walikota tentang dimungkinkannya pe ngembangan Wisata Halal di Yogyakarta,” terangnya kepada Koran SINDO.

Saat ini, pihaknya melakukan pemetaan dengan beberapa variabel. Misalnya dari sisi geografis, historis, dan sosiologis. Misalnya saja di kawasan Kauman dan Gondomanan yang memiliki sejarah khusus. ”Dua area tersebut kalau melihat dari historisnya merupakan kawasan sejarah lahirnya Muhammadiyah, ini juga menjadi kajian kami,” ulasnya.

Selain itu juga wilayah Kotagede dan Karangkajen yang juga masuk dalam tahap pemetaan. Kedunya masuk dari segi geografis dan sosiologis.” Kita masih terus mengkaji dan melibatkan berbagai stakeholder, “ bebernya.

Hingga saat ini, pihaknya belum bisa membuat gambaran seandainya wisata halal tersebut benar-benar menjadi agenda pemkot, termasuk destinasinya. Hanya saja saat ini kunjungan wisatawan di Kota Yogyakarta karta masih cukup bagus dan mendominasi kunjungan wisatawan di DIY. “Rata-rata setiap tahun 4 juta wisatawan padati Kota Yogyakarta,” katanya.

Selain wisatawan lokal, Dispar Kota Yogyakarta juga mencatat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Rata- rata, setiap tahun sebanyak 300.000 wisman berkunjung ke kota gudeg tersebut. Beberapa negara yang mendominasi adalah negara-negara Asia, seperti Malaysia, Singa pura, Hong Kong, Korea Selatan, dan untuk Eropa seperti Belanda yang mendominasi kunjungan wisman. Sementara Bupati Gunungkidul Badingah mengungkapkan, pihaknya tidak spesifik menawarkan obyek wisata halal di Gunungkidul.

Hanya saja, dirinya menjamin lokasi lokasi wisata di Gunungkidul merupakan objek wisata yang mengedepankan budaya sehingga tidak menjadi lokasi wisata yang liar. “Kita juga terus melakukan pembinaan kepada pokdarwis dan juga pengelola hotel dan restoran, untuk menjaga kawasan wisata dengan keramahan dan tetap pada koridor norma, baik sosial maupun agama,” ujarnya.

Sektor wisata juga menjadi salah satu faktor penggerak perekonomian Sleman. Sehingga tidak mengherankan banyak yang datang di Sleman. Destinasi wisata di Sleman sendiri juga beraneka ragam, mulai dari wisata budaya, alam dan buatan, termasuk dengan banyaknya hotel dan perguruan tinggi, kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) juga terus berkembang. Meski untuk destinasi wisata halal belum ditetapkan, tetapi sudah mulai bermunculan tempat-tempat yang mendukung pengembangan wisata halal tersebut.

Di antaranya mulai ada hotel syariah dan restoran yang sudah bersertifikasi halal. Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Sleman Sudarningsih mengatakan pengembangan wisata halal di Sleman ini, selain sebagai tindaklanjut kesepatanan antara Kementerian Parisiwata dengan Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) soal pengembangan wisata halal, juga sebagai terobosan untuk meningkat kan jumlah kunjungan wisatawan ke Sleman.

“Untuk wisata halal memang belum sepesat di NTB, namun di Sleman sudah mulai ada pengembangan. Untuk destinasi halal sendiri paling banyak disukai wisatawan yaitu wisata budaya dan wisata minat khusus, terutama linin di desa wisata,” kata Sudarningsih.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan ke Sleman paling banyak di dominasi wisata alam, budaya dan buatan. Tercatat dari 7.276.695 wisatawan terdiri dari Wisnus .038.207 kunjungan (96,72%) dan wisman 238.488 kunjungan (3,28%) pada tahun 2017, Wisata alam tercata ada 516.645 kunjungan (34,59%), wisata budaya 4.518.325 kunjungan (62,09%), dan wisata buatan 241.725 kunjungan (3,32%).

Menurut Sudarningsih denga perkem bangan tersebut, terus mendorong untuk pengembangan wisata halal, akan lebih diarahkan ke wisata minat khusus. Terutama meningkatkan kualitas desa wisata dan wisata alam lainnya. Termasuk pengemasan wisata budaya. Apalagi di tempat-tempat tersebut, mulai banyak digelar pertunjukkan, baik bertataf nasional maupun internasional.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini