Share

Kenali Gejala Penyakit ALS yang Diderita Stephen Hawking

Dewi Kania, Jurnalis · Kamis 15 Maret 2018 12:09 WIB
$detail['images_title']
Penyakit ALS Stephen Hawking (Foto: Yahoo)

STEPHEN Hawking terdeteksi Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) sebelum tutup usia. Penyakit ini menyerang sel saraf yang menyebabkan kecacatan. Lalu, seperti apa gejalanya?

ALS adalah penyakit sistem saraf progresif (neurologis) yang menghancurkan sel-sel saraf, yang menyebabkan kecacatan. Perlahan-lahan saraf di tubuh mengalami kerusakan yang berangsur-angsur rusak dan mati.

Pasien ALS pada awalnya sering mengalami otot berkedut dan lemas. Kemudian bicaranya tidak jelas, hampir serupa seperti pasien stroke. Penyakit ini memengaruhi kontrol otot yang dibutuhkan untuk bergerak, berbicara, makan dan bernafas. Tidak ada obat untuk ALS, sehingga penyakit ini berakibat fatal.

Gejalanya pasien akan sulit berjalan, sulit mencengkeran, pergelangan kaki dan tangan lemah, serta otot selalu berkedut. Pasien akan mengalami kram dalam waktu sering. Gejala itu pun dialami Hawking semasa hidupnya.

Hebatnya, meski menderita penyakit itu sejak usia 21 tahun, Fisikawan itu tetap melakukan banyak studi. Penelitiannya cukup unik dan membuat takjub banyak orang. Pernah juga dia mengikuti kompetisi Ice Bucket Challenge di tahun 2014. Dia beraktivitas kemana saja menggunakan kursi roda yang membantunya.

Penyakit ALS sering mula-mula melemahkan otot kaki, tangan, serta menyebar ke anggota tubuh lainnya. Lama-lama, penyakit ini menyerang sel saraf yang hancur, otot Anda semakin melemah.

Tapi penyakit ALS biasanya tidak mempengaruhi kontrol usus atau kandung kemih, indera atau kemampuan berpikir. Jadi, pasien bisa tetap terlibat aktif dengan keluarga dan teman dekatnya.

Periset tengah mempelajari beberapa kemungkinan penyebab ALS, termasuk mutasi genetik yang diturunkan dari keluarga. Orang dengan ALS umumnya memiliki kadar glutamat lebih tinggi dari normalnya. Mereka juga membawa pesan kimia di otak, di sekitar sel saraf dalam cairan tulang belakang mereka.

Jika kondisi ini terjadi, terlalu banyak glutamat diketahui beracun bagi beberapa sel saraf. Respon kekebalan tubuh jadi lebih lemah dan juga menyerang beberapa sel normal di tubuh.

Faktor lingkungan juga bisa memicu ALS. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi risiko ALS meliputi kebiasaan merokok, paparan toksin lingkungan, zat timbal dari benda-benda logam, yang kesemuanya menyebabkan traumatis.

Studi terbaru menunjukkan bahwa orang-orang yang pernah bertugas di militer berisiko tinggi terhadap ALS. Tidak jelas bagaimana hidup orang militer bisa memicu perkembangan ALS. Ini mungkin termasuk mereka sering terkena paparan logam atau bahan kimia tertentu, luka traumatis, infeksi virus, dan tenaga yang hebat. Demikian dilansir Mayoclinic, Kamis (15/3/2018).

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(ren)