Share

Curahan Hati Dua Pendaki Wanita Indonesia Pertama Menuju Gunung Everest

Annisa Aprilia, Jurnalis · Kamis 29 Maret 2018 14:23 WIB
https: img.okezone.com content 2018 03 29 406 1879625 curahan-hati-dua-pendaki-wanita-indonesia-pertama-menuju-gunung-everest-2QSWxcE14Q.jpg Fransika dan Mathilda bersama Alya Nurshabrina di Istana Negara (Foto: Annisa Aprilia/Okezone)

SEJAK empat tahun lalu nama Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari banyak disebut-sebut media, karena misinya bersama tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (WISSEMU) mengibarkan bendera Merah Putih di tujuh puncak gunung tertinggi di tujuh lempeng dunia. Kini misi kedua perempuan berusia 24 tahun tersebut akan tiba pada rangkaian terakhir, yaitu Gunung Everest.

Ya, Gunung Everest menjadi rangkaian terakhir sekaligus jadi puncak gunung tertinggi di dunia yang akan dicapai oleh dua orang perempuan Indonesia pertama kalinya. Pendaki perempuan yang akrab disapa Didi dan Hilda tersebut dijadwalkan akan bertolak dari Indonesia, hari ini, tepatnya pukul 17.00 sore nanti, di Bandar Udara Soekarno Hatta.

“Perjalanan ke Everest kita nanti sekitar 57 harian. Trek menuju puncak itu merupakan salah satu yang paling susah dan belum kita rasakan,” ungkap Hilda dalam di di Aula Sekretariat Negara Republik Indonesia Gedung 3, Jakarta, Kamis (29/3/2018).

 

(Baca Juga: Idap Down Syndrome, Stephanie Handojo Harumkan Nama Indonesia di Dunia)

Hilda pun mengungkapkan badan mereka harus beradaptasi dalam keadaan alam yang memiliki oksigen tipis. Selain itu, persiapan mental juga diperlukan agar bisa menjaga mental untuk tetap stabil ketika berada di jalur pendakian menuju puncak.

“Belum lagi masalah cuaca yang berubah drastis bisa menunda perjalanan menuju puncak. Kami juga perlu mengetahui kemampuan diri sendiri untuk tidak memaksakan diri mencapai puncak, karena harus menyiapkan tenaga untuk turun dan pulang,” imbuhnya.

Didi sebagai rekan satu misi dan ekspedisi Hilda juga mengungkapkan kekhawatirannya menjelang perjalanan ke Gunung Everest. Jumlah korban wafat yang tidak sedikit di jalur pendakian menjadi salah satu hal yang Didi beri perhatian.

 

“Takut sih sebenarnya, tapi ketakutan itu kita bawa untuk membuat kita tetap waspada. Atmosfer yang berbeda itu juga belum kita rasain di Everest. Banyak mayat juga yang ada di sana, jalan pun mau enggak mau pasti akan melihat satu dua mayat yang ada di jalur kami nanti,” papar Didi.

 (Baca Juga: Sosialisasi Konsisten, Langkah Nyata Perangi Sampah di Labuan Bajo)

Masih dalam kesempatan yang sama, Didi juga mengatakan ada satu penyakit yang bisa menyerang para pendaki yang mendaki gunung tinggi. Penyakit ketinggian yang disebut Acute Mountain Sickness (AMS) tersebut biasanya menyerang daya tahan tubuh pendaki karena tubuhnya tidak bisa cepat beradaptasi dengan perbedaan ketinggian dan kecepatan pendakian.

“Gejala AMS harus diwaspadai. Cara cegahnya naik dan turun pelan-pelan, tahu batasan tubuh masing-masing, dan makan yang cukup agar mendapatkan energi. Kami mencoba memperkecil ketakutan dengan persiapan yang telah kami lakukan,” kata Didi.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(tam)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini