Share

Meriahnya Ritual Perayaan Sembahyang Kubur di Bangka Belitung

Arsan Mailanto, Jurnalis · Kamis 05 April 2018 17:05 WIB
https: img.okezone.com content 2018 04 05 406 1882611 meriahnya-ritual-perayaan-sembahyang-kubur-di-bangka-belitung-DViKrqFK2t.jpg

PANGKALPINANG - Warga keturunan etnis Tionghoa yang beragama Konghucu hari ini merayakan puncak tradisi Ceng Beng atau Sembahyang Kubur. Ceng Beng pun digelar secara meriah di komplek pemakaman Sentosa di Jalan Soekarno Hatta, Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel)

Pantauan Okezone, ribuan etnis Tionghoa dari berbagai daerah sejak pukul 04.00 WIB berdatangan ke makam leluhur mereka dengan membawa serta sanak saudara untuk menggelar ritual Sembahyang Kubur yang rutin di lakukan setiap tanggal 4 atau 5 April.

Ketua Yayasan Sentosa, Johan Ridwan Hasan mengatakan, kegiatan Ceng Beng tidak hanya sembahyang dan berdoa, sejumlah sesaji seperti daging ayam, daging babi, minumam, kue serta buah-buahan tersaji pas di depan makam leluhur keluarga.

"Selain itu ada replika uang, pakaian, sepatu, rumah dan lainnya juga menjadi bahan ritual yang cukup sakral dalam kegiatan ini," ujarnya ditemui Okezone selepas ritual Ceng Beng di komplek Pemakaman Sentosa, Pangkalpinang, Babel, Kamis (5/4/2018).

Sekedar diketahui Ceng Beng merupakan, bentuk penghormatan kepada leluhur warga keturunan Tionghoa yang telah meninggal dunia. "Jadi makna dari ritual ini lebih kepada penghormatan atas jasa-jasa leluhur kita terhadap apa yang telah dilakukannya untuk kita semasa hidupnya dulu," Johan menuturkan.

Menurut dia ritual Ceng Beng sembahyang kubur ini merupakan ritual wajib yang harus dilakukan oleh setiap anak cucu keturunan Tionghoa, dan pemakaman ini adalah komplek pemakaman terluas di kawasan Asia Tenggara ini selalu ramai setiap datangnya puncak perayaan Ceng Beng.

"Soal makam kurang lebih ada sekira 13 ribu makam yang berdiri sejak 1935 dengan luas sekitar 20 hektar, dan dulu pernah diklaim sebagai makam terluas di Asia Tenggara," ulas pria yang akrab di sapa Aping tersebut.

(Baca Juga: 6 Potret Manekin yang Tidak Biasa dan Siap Bikin Ngakak!)

Kendati demikian bertempat tinggal jauh dari makam leluhur mereka. Mereka selalu menyempatkan diri untuk pulang dan melakukan penghormatan kepada leluhurnya.

"Masyarakat yang beragama Konghucu yang makam leluhurnya ada di sini, pasti datang dari manapun. Mereka yang tinggal di luar negeri, luar kota di Indonesia datang ke sini. Saudara saya juga yang ada di Australia, Singapura datang untuk tradisi menghadiri Sembahyang Kubur, karena ritual wajib," imbuhnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Sebagai informasi, 10 hari sebelum puncak Ceng Beng, pemakaman lebih dulu di bersihkan oleh keluarga masing-masing leluhurnya hingga pengecatan dan sebagian juga sudah menggelar sembahyang sebelum hari H.

Ceng Beng berasal dari bahasa Mandarin berarti terang dan cerah. Menurut sejarah Ceng Beng dimulai sejak 2500 tahun lalu pada zaman dinasti Zhou berkuasa. Awalnya tradisi ini merupakan upacara yang menghubungkan dengan musim dan pertanian, serta tanda berakhirnya musim dingin.

Dalam perkembangannya sebagai umat Konghucu memercayai bahwa pada saat Ceng Beng pintu neraka dan surga di buka lebar-lebar untuk memberikan kesempatan kepada penghuninya untuk mengunjungi anak keturunannya di bumi.

Sementara di Kota Pangkalpinang, Babel sendiro tradisi ini sudah menjadi event pariwisata religi tahunan. Bahkan, selalu di gelar secara meriah, dengan hiasan lampion di sepanjang jalan masuk pemakaman serta lantunan musik khas Tionghoa yang hampir selalu terdengar saat berada di komplek pemakaman ini.

(Baca Juga: Mengenal Sindrom Kallman, Penyakit yang Sebabkan Anak Gagal Puber)

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini