Share

Saatnya Tinggalkan Gaya Hidup Sedentari

Koran SINDO, Jurnalis · Senin 16 April 2018 20:52 WIB
$detail['images_title']
Ilustrasi (Shutterstock)

GAYA hidup sedentari atau pasif menyebabkan masyarakat, terutama kaum urban, malas bergerak. Mereka lebih sering mengandalkan teknologi untuk memenuhi beragam kebutuhan. Akibatnya, menjadi individu minim aktivitas fisik.

Dr Ade Tobing SpKO mengatakan, jika dibiarkan, gaya hidup pasif akan memengaruhi kesehatan tulang. Dalam keadaan normal, tulang menyambung satu dengan yang lain saat dilihat dengan mikroskop. Dia sama seperti kuku dan rambut yang terus bertumbuh. Namun, minimnya aktivitas fisik akan memperbesar risiko pengeroposan tulang (osteoporosis).

“Masalahnya, pengeroposan tulang tidak memiliki gejala spesifik. Berbeda saat sendi sakit, dia menciptakan sen sasi nyeri,” kata dr Ade dalam Media Workshop di Jakarta.

Dalam kamus medis, sedentari adalah gaya hidup kurang gerak, yakni ketika individu tidak melakukan aktivitas fisik intensitas sedang selama 30 menit selama minimal tiga hari dalam seminggu. “Aktivitas intensitas sedang yang dimaksud tidak termasuk tidur, duduk, menonton televisi, atau main g ame sambil tiduran. Makin canggih teknologi, makin banyak orang tidak aktif bergerak,” urai dr Ade.

Riset International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity tahun 2013 menyebutkan, screen time atau lamanya menggunakan perangkat elektronik, seperti gadget dan komputer, di kalangan anak muda meninggi. Penggunaan gadget sudah masuk ke tahap memprihatinkan. Rata-rata kelompok ini bermain gadget lima jam per hari.

Dampaknya, gaya hidup sedentari dapat berujung pada kemunculan penyakit degeneratif, seperti stroke, kanker, diabetes. Padahal, data WHO tahun 2011 menyebutkan, 60% penyebab kematian di dunia adalah penyakit degeneratif.

Senior Nutrition Manager Fonterra Brands Indonesia Ines Yumahana Gulardi mengatakan, kunci gaya hidup lebih sehat yakni mempraktikkan olahraga rutin dan memilih pola makan sehat sekaligus seimbang.

Dengan fakta satu dari empat penduduk Indonesia menjalani gaya hidup sedentari, sekarang adalah saat yang tepat untuk mengajak masyarakat Indonesia melawan fenomena ini. Individu seharusnya berolahraga minimal 150 menit. Selain itu, disarankan berjalan kaki hingga 10.000 langkah per hari untuk meningkatkan kesehatan sekaligus mengurangi penyakit akibat kurang gerak.

“Menurut WHO, 60%- 85% populasi dunia kurang aktivitas fisik, menjadikan kurang gerak sebagai penyebab keempat kematian global,” kata James A Levine, spesialis obesitas di Mayo Clinic.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(ris)